WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif impor 50 persen kepada Brasil jika sohibnya, Jair Bolsonaro, diadili.
Bolsonaro merupakan mantan Presiden Brasil sekaligus sekutu Trump di negara Amerika Selatan tersebut. Saat ini, Bolsonaro menghadapi tuntutan di pengadilan atas dugaan perannya dalam rencana untuk membatalkan pemilu 2022.
Dalam suratnya kepada Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Trump menuduh Brasil melakukan serangan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi AS.
Baca juga: Demi Tarif Turun, Indonesia Ajak AS Masuk Sektor Mineral Kritis
Dia juga menuding Brasil melakukan "perburuan penyihir" yang merujuk pada sidang terhadap Bolsonaro, sebagaimana dilansir BBC, Kamis (10/7/2025).
Dalam surat tersebut, Trump menyebut tarif 50 persen diperlukan untuk memperbaiki ketidakadilan yang parah dari rezim Brasil saat ini.
Dia menambahkan, akan memerintahkan Perwakilan Dagang AS untuk meluncurkan apa yang disebut investigasi 301 terhadap praktik perdagangan digital Brasil.
Dalam surat tersebut, Trump bahkan memuji Bolsonaro dengan mengatakan bahwa dia sangat menghormatinya.
Baca juga: Kenapa Trump Takut pada BRICS sampai Keluarkan Ancaman Tarif?
Trump juga menambahkan bahwa persidangan yang sedang berlangsung terhadap Bolsonaro merupakan aib internasional.
Trump juga sempat berdebat dengan Lula tentang persidangan Bolsonaro awal pekan ini.
Saat itu, Lula mengatakan Brasil tidak akan menerima campur tangan dari siapa pun dan menambahkan bahwa tidak seorang pun kebal hukum.
Menanggapi ancaman tarif 50 persen, Lula mengatakan di media sosial bahwa kenaikan tarif terhadap Brasil akan dibalas.
Dia juga memperingatkan agar AS tidak melakukan campur tangan apa pun dalam sistem peradilan di Brasil.
Baca juga: Optimisme CEO Indonesia Kian Suram, Tarif Trump dan Perang Israel-Iran Jadi Pemicu
Bolsonaro bersaksi di hadapan Mahkamah Agung Brasil pada Juni atas dugaan konspirasi untuk tetap berkuasa setelah kalah dalam pemilu 2022.
Kala itu, ribuan pendukungnya menyerbu gedung-gedung pemerintahan di ibu kota pada Januari 2023 setelah Lula menang dalam pemilihan tersebut.
Para hakim akan mendengarkan keterangan dari 26 terdakwa lainnya dalam beberapa bulan mendatang, sebagaimana dilansir Associated Press.