WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sejumlah orang-orang paling kaya atau crazy rich Amerika Serikat (AS) mengungkapkan kegeramannya dan keberatan dengan tarif impor yang diterapkan Presiden Donald Trump.
Mereka khawatir, tarif impor terbaru yang dipatok Trump ke sejumlah negara, termasuk 32 persen ke Indonesia, bisa meningkatkan kerugian di seluruh dunia, sebagaimana dilansir CNN, Senin (7/7/2025).
Tarif dasar Trump sebesar 10 persen untuk semua barang impor ke AS telah berlaku pada Sabtu (5/7/2025), dan puluhan negara bersiap untuk tarif yang lebih tinggi mulai Rabu (8/7/2025).
Baca juga: Dubes RI di AS Kosong, Pakar: Indonesia Gagal Lobi Tarif Trump
Investor kawakan Bill Ackman, yang mendukung pencalonan Trump tahun 2024, memperingatkan bahwa melanjutkan tarif baru sama saja dengan meluncurkan perang nuklir ekonomi.
Dalam sebuah unggahan di X, Ackman mengatakan bahwa investasi bisnis akan terhenti, dan konsumen akan menutup dompet mereka jika tarif baru benar-benar diberlakukan.
"Kita (AS) akan sangat merusak reputasi kita di mata seluruh dunia yang akan memakan waktu bertahun-tahun dan mungkin puluhan tahun untuk memulihkannya," ujar Ackman.
CEO Pershing Square Capital Management tersebut memperingatkan bahwa tarif impor yang besar bakal memicu perang nuklir ekonomi yang ditimbulkan sendiri.
"CEO dan dewan direksi mana yang akan merasa nyaman membuat komitmen ekonomi jangka panjang yang besar di negara kita di tengah perang ekonomi nuklir?" ucap Ackman.
Baca juga: Trump Tetapkan Tarif Impor 32 Persen untuk Indonesia, Bisa Dihapus Jika Bangun Pabrik di AS
Miliarder dan pemimpin bisnis kaya lainnya juga secara terbuka mengkritik agenda tarif Trump dalam beberapa hari terakhir karena kekhawatiran atas dampak ekonominya mencengkeram pasar.
CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon memperingatkan bahwa tarif tersebut mengancam akan menaikkan harga, mendorong ekonomi global ke dalam kemerosotan, dan melemahkan posisi Amerika di dunia.
Dalam surat tahunan kepada pemegang saham, Dimon menuturkan bahwa tarif Trump kemungkinan akan meningkatkan inflasi hingga kemungkinan resesi yang lebih besar.
"Apakah daftar tarif menyebabkan resesi atau tidak masih menjadi pertanyaan, tetapi itu akan memperlambat pertumbuhan," papar Dimon.
Sementara itu pendiri firma investasi Duquesne Family Office Stanley Druckenmiller mengatakan bahwa dia tidak mendukung tarif yang melebihi 10 persen.
Baca juga: Tarif 32 Persen AS Bisa Dihapus, Ini Syarat dari Trump ke Indonesia
Sedangkan pendiri Fisher Investments Ken Fisher mengecam keras pengumuman tarif Trump yang baru.