RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com – Presiden China Xi Jinping absen dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (6/7/2025).
Ini menjadi ketidakhadiran pertama Xi dalam pertemuan puncak tahunan BRICS sejak ia menjabat sebagai pemimpin tertinggi China pada 2012.
Ketidakhadiran ini dinilai mengejutkan dan menimbulkan pertanyaan tentang prioritas diplomasi Beijing, di tengah berbagai tantangan domestik yang kini dihadapi negara tersebut.
Baca juga: BRICS Diancam Trump, China Coba Redam Ketegangan
“Mengingat betapa pentingnya China bagi BRICS, keputusannya untuk tidak hadir akan berdampak negatif pada KTT—tidak perlu dipertanyakan lagi,” ujar Oliver Stuenkel, profesor madya di Sekolah Hubungan Internasional Fundacao Getulio Vargas (FGV), kepada Channel News Asia.
Dengan absennya Xi dan Presiden Rusia Vladimir Putin, sorotan diperkirakan beralih ke pemimpin negara-negara BRICS lainnya. Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva diprediksi menjadi tokoh sentral selama KTT berlangsung.
“Modi kemungkinan akan menjadi daya tarik utama,” kata Stuenkel. “Dengan ketidakhadiran Xi dan Putin, hanya India dan Brasil dari pendiri awal BRICS yang hadir secara langsung.”
Sejumlah pemimpin lain, seperti Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian, juga diragukan kehadirannya di tengah ketegangan kawasan Timur Tengah.
“Ketidakhadiran Xi akan menunjukkan prioritas dalam negeri yang lebih mendesak dan mungkin pandangan bahwa KTT BRICS kali ini tidak akan menghasilkan terobosan besar bagi Republik Rakyat China,” ujar Chong Ja Ian, profesor madya dari Departemen Ilmu Politik Universitas Nasional Singapura (NUS).
Kementerian Luar Negeri China mengumumkan pada 2 Juli bahwa Perdana Menteri Li Qiang akan mewakili Xi dalam pertemuan ini.
Kantor berita Xinhua juga melaporkan bahwa Partai Komunis China tengah menyusun proposal Rencana Lima Tahun ke-15 yang mencakup periode 2026–2030. Konsultasi publik secara daring telah diluncurkan sejak Mei.
Baca juga: Ancaman Tarif AS Bayangi Penutupan BRICS, Begini Tanggapan Dingin Anggota
Stuenkel menilai bahwa delegasi China tanpa kehadiran langsung Xi akan memiliki "kapasitas yang jauh lebih sedikit" untuk membangun komunikasi strategis dengan pemimpin negara lain.
Namun demikian, para analis menekankan bahwa absennya Xi tidak berarti China kehilangan minat terhadap BRICS.
“China memandang BRICS sebagai landasan tatanan global baru—tatanan yang memungkinkan negara-negara melepaskan diri dari dominasi Barat melalui otonomi strategis dan kedaulatan finansial,” ujar Einar Tangen, peneliti senior di Taihe Institute, lembaga pemikir asal China.