KOMPAS.com - Kaura Taylor (21), seorang perempuan asal Texas, Amerika Serikat (AS), yang dilaporkan hilang sejak Mei 2025, akhirnya ditemukan di Skotlandia.
Dia kini tinggal bersama komunitas yang menyebut diri suku bernama "Kerajaan Kubala" di sebuah hutan dataran tinggi di Jedburgh, Skotlandia.
Taylor, seorang ibu tunggal dengan seorang anak berusia satu tahun, meninggalkan Texas pada 25 Mei.
Baca juga: Pemuda Suku Pedalaman Hutan Amazon Melakukan Kontak dengan Dunia Luar
Mulanya, dia terdeteksi terbang ke Inggris dengan mengantongi visa turis berdurasi enam bulan. Sejak saat itu, dia tak lagi memberi kabar kepada keluarganya.
Keluarga sempat khawatir karena Taylor hanya meninggalkan pesan samar sebelum menghilang.
Dia mengatakan bahwa dirinya dan putrinya harus keluar dan melakukan sedikit penjelajahan, sebagaimana dilansir New York Post, Sabtu (23/8/2025).
"Dia hilang pada Mei, tapi sebenarnya dia tidak hilang, tapi pergi untuk tinggal bersama orang-orang ini," kata bibi Taylor, Vandora Skinner, kepada The Independent.
Baca juga: Ini Alasan 2 Senjata Ikonik Suku Aborigin Australia Cukup Mematikan
Taylor diketahui bergabung dengan kelompok yang dipimpin pasangan suami istri asal Ghana, Kofi Offeh dan Jean Gasho, yang juga mengeklaim diri sebagai Raja Atehene dan Ratu Nandi.
Kelompok tersebut juga mengeklaim sebagai bagian dari "Suku Ibrani yang hilang" yang kembali ke Skotlandia untuk merebut tanah leluhur.
Taylor bukan sekadar pengikut. Dia mengaku bahagia hidup sebagai dayang sekaligus istri kedua Offeh, sang kepala suku.
Selain itu, dia juga mengubah namanya menjadi Asnat, Lady Safi dari Atehene.
"Ya, saya sangat bahagia dengan Raja dan Ratu saya. Saya tidak pernah hilang. Saya melarikan diri dari keluarga yang sangat kasar dan toxic yang telah melecehkan saya secara seksual sejak saya kecil!" tulisnya dalam unggahan Facebook pada 20 Agustus.
Dalam pernyataan itu, Taylor membantah anggapan keluarganya bahwa dirinya dalam bahaya.
Dia menegaskan keputusannya meninggalkan Texas adalah bentuk perlawanan terhadap masa lalu yang penuh kekerasan.
Baca juga: Angkatan Laut AS Minta Maaf atas Penghancuran Suku Asli Alaska pada 1869
Meski demikian, laporan The Independent menyebut Taylor sempat merasa takut dengan ritual tak lazim yang dijalankan pasangan kepala suku itu.
Dia bahkan pernah ragu pindah ke area hutan di Jedburgh.
Kini, kelompok "Kerajaan Kubala" tersebut hidup sederhana dengan tinggal di tenda, mandi di sungai, serta menyatu dengan alam.
Mereka juga aktif di media sosial, membagikan klaim tentang sejarah dan aktivitas kelompoknya.
Skinner, bibi Taylor, mengatakan keluarga baru mengetahui hubungan keponakannya dengan kelompok ini setelah menelusuri unggahan di media sosial.
Baca juga: Rumah Warga India yang Kencingi Anggota Suku Dirobohkan
Dari sana, terungkap bahwa Offeh dan Gasho juga pernah menjalin hubungan dengan perempuan Amerika lainnya.
Bagi keluarga di Texas, keberadaan Taylor bersama kelompok itu justru menambah kekhawatiran.
"Ini sangat menegangkan dan sulit. Hati kami hancur," ujar bibi Taylor yang lain, Teri Allen.
Dewan Perbatasan Skotlandia menyebut pihaknya bekerja sama dengan Kepolisian Skotlandia untuk memberikan saran dan opsi dukungan terkait situasi Taylor.
Keluarga berharap, Taylor bersedia kembali ke Texas ketika visa enam bulannya berakhir pada November mendatang.
Baca juga: Kota Kuno Suku Maya Ditemukan di Tengah Hutan Meksiko
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini