RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com — Brasil tengah menjadi sorotan dunia setelah melakukan penggerebekan besar-besaran di dua kawasan padat di Rio de Janeiro, dengan menargetkan kelompok kriminal Comando Vermelho.
Hingga Rabu (29/10/2025), kroban tewas mencapai 132 orang tewas, termasuk empat anggota polisi, dalam operasi tersebut.
Namun, pemerintah federal mengaku tidak diberi tahu sebelumnya tentang penggerebekan yang kini menuai kecaman luas di dalam maupun luar negeri.
Baca juga: Horornya Penggerebekan Narkoba di Brasil, 40 Jenazah Dibawa ke Jalan
Operasi yang dinamai Operation Containment itu dilancarkan pada Selasa (28/10/2025) pagi oleh sekitar 2.500 aparat bersenjata berat, dibantu kendaraan lapis baja, helikopter, dan drone.
Target mereka adalah Comando Vermelho atau Red Command—kelompok kriminal tertua dan terkuat di Rio yang kini menguasai sekitar 20 persen wilayah metropolitan kota tersebut.
Polisi menyerbu dua kompleks favela besar, Alemao dan Penha, yang selama ini menjadi basis utama kelompok tersebut.
Gubernur Negara Bagian Rio de Janeiro, Claudio Castro, mengataka,n operasi ini telah disiapkan selama dua bulan dan “berdasarkan penyelidikan mendalam.”
Namun, bentrokan sengit segera pecah. Warga menggambarkan suasana di hari itu “seperti perang”, dengan baku tembak di jalanan sempit dan bus yang dibakar untuk dijadikan barikade.
“Inilah cara polisi Rio diperlakukan oleh para penjahat: dengan bom yang dijatuhkan dari drone,” kata Castro.
“Ini bukan kejahatan biasa, tapi narco-terorisme,” imbuhnya.
Menurut otoritas, 113 orang ditangkap, termasuk 10 remaja, dan 91 senapan laras panjang disita. Polisi juga mengaku menemukan “jumlah besar narkoba,” meski tanpa rincian jenis atau beratnya.
Puluhan jenazah korban penggerebekan narkoba di kompleks Penha di Rio de Janeiro, Brasil, pada 29 Oktober 2025.Jumlah korban tewas menjadi sorotan utama. Kantor pembela publik, yang memberi bantuan hukum bagi warga miskin, mencatat 132 korban jiw*—angka yang jauh di atas laporan resmi pemerintah negara bagian.
Beberapa jam setelah operasi, puluhan jenazah dibawa warga ke sebuah lapangan di kawasan Penha sebagai bentuk protes atas kekerasan tersebut.
Gubernur Castro sempat menanggapi skeptis angka itu. “Pekerjaan forensik masih berlangsung. Angka resmi yang saya terima adalah 58, tapi itu pasti akan berubah,” ujarnya.