KOMPAS.com – Air mata Ainun Naim Ibsah nyaris tumpah ketika mengenang sosok anaknya, Muhammad Iklil Ibrohim Al Aqil (16), salah satu korban meninggal dunia dalam tragedi ambruknya Gedung Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin (29/9/2025).
Di Ruang Tunggu Keluarga RS Bhayangkara Surabaya, pria asal Jember itu hanya bisa duduk terpaku di kursi yang disediakan petugas.
Di hadapannya, peti jenazah sang anak telah disiapkan, menghadap ke arah kiblat, tempat terakhir bagi putra tercintanya sebelum dimakamkan.
Wajah Ainun Naim tampak tegar, meski gurat kesedihan begitu jelas di balik matanya yang basah. Ia bersama keluarga besar tengah menunggu pelaksanaan salat jenazah Aqil, anak yang dikenal pendiam dan patuh kepada orang tua.
“Dia enggak pernah mengeluh,” kata Ainun dengan suara bergetar saat ditemui TribunJatim.com di RS Bhayangkara Surabaya, Jumat (10/10/2025) malam.
Baca juga: Lagi, Dua Santri Asal Bangkalan Jadi Korban Ponpes Al Khoziny, Keponakan Bupati Belum Ditemukan
Ainun menggambarkan Aqil sebagai anak yang penurut dan istikamah menjalankan ibadah. Bahkan untuk salat subuh, remaja itu selalu bangun sendiri tanpa dibangunkan.
“Kalau liburan di rumah, dia salat sama saya. Selalu berjamaah. Kalau subuh, dia bangun sendiri. Enggak pernah dipaksa, apalagi dipukul,” ujarnya.
Ainun Naim diketahui merupakan pengasuh Ponpes Miftahul Hidayah di Desa Sukorejo, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember. Setiap kali libur pondok, Aqil selalu ikut berjamaah di masjid keluarga mereka.
Kebiasaan itu, menurut Ainun, membuatnya ikhlas ketika sang anak berpulang dalam keadaan tengah beribadah, menuntut ilmu di pondok, dan meninggal dunia saat menjalankan salat asar.
“Saya ikhlas, insyaallah. Saya berterima kasih terhadap pondok karena sudah memberikan ilmu ke anak saya. Saya rida dan mohon maaf pada kiai jika selama ini Aqil ada kekurangan,” tutur Ainun dengan mata berkaca-kaca.
Baca juga: Keharuan Keluarga Saat Identitas 2 Jasad Santri Ponpes Al Khoziny Teridentifikasi
Meski tidak merasakan firasat khusus sebelum kepergian anaknya, Ainun mengingat satu permintaan terakhir Aqil dua bulan lalu, saat liburan maulid di rumah. Saat itu, Aqil meminta tambahan pakaian koko putih untuk dipakai selama di pondok.
“Dia bilang bajunya yang putih kurang banyak. Di pondok kegiatan banyak pakai baju putih. Jadi baju-baju barunya jarang dibawa,” kenang Ainun lirih.
Pelukan terakhir terjadi saat Ainun mengantarkan Aqil kembali ke Ponpes Al Khoziny Sidoarjo seusai libur panjang. Ia tak pernah menyangka, malam itu akan menjadi pertemuan terakhir mereka.
"Biasanya kalau pulang, dia naik kereta sendirian. Tapi waktu itu, dia minta saya yang antar. Itu terakhir saya lihat dia,” kata Ainun menutup perbincangan.
Baca juga: 2 Jenazah Korban Tragedi Ponpes Al Khoziny Kembali Teridentifikasi, Total Sudah 53 Orang
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur pada Jumat (10/10/2025) malam mengumumkan hasil identifikasi tambahan korban ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo.