KOMPAS.com - Nama Abigail Limuria tengah ramai diperbincangkan publik setelah tampil sebagai narasumber di media internasional, membahas gelombang demonstrasi menolak sejumlah kebijakan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Sosok Abigail dinilai berani karena lantang menyuarakan keresahan masyarakat.
Dia hadir sebagai aktivis muda yang konsisten memperjuangkan nilai-nilai demokrasi sekaligus membawa aspirasi rakyat ke panggung global.
Dalam wawancara bersama media asing Al Jazeera, Abigail menjelaskan dinamika aksi demonstrasi pada Kamis (28/9/2025).
Dengan gaya penyampaian sederhana dan lugas, dia menggambarkan aspirasi rakyat dari sudut pandang generasi muda.
Dikutip dari akun LinkedIn pribadinya, Abigail Limuria lahir di Jakarta pada 10 November 1994.
Dia menempuh pendidikan di Biola University, Amerika Serikat, dengan fokus studi pada bidang Media and Cinema Arts.
Abigail memiliki wawasan yang luas tentang permasalahan sosial, terutama pada isu perempuan dan anak muda.
Baca juga: Pemerintah Janji Temui Mahasiswa Kamis, BEM UI Siapkan Aksi “17+8 Tuntutan Rakyat”
Sekembalinya ke Indonesia, Abigail mulai menginisiasi sejumlah platform untuk edukasi politik dan pemberdayaan masyarakat.
Sebuah media independen berbahasa Inggris yang mengangkat isu sosial politik dengan gaya pop culture dan humor.
WIUI menjadi jembatan bagi generasi muda yang ingin memahami politik Indonesia tanpa kesan menggurui.
Baca juga: BEM Se-UI Siapkan Aksi “17+8 Tuntutan Rakyat” Pekan Ini
Gerakan edukasi politik yang menyajikan informasi pemilu secara objektif.
Abigail mengajak anak muda untuk terlibat dalam demokrasi melalui diskusi kampus dan forum publik.
Nama Abigail semakin dikenal luas ketika dia bersama tokoh muda lain merumuskan “17+8 Tuntutan Rakyat”, rangkuman aspirasi rakyat yang digaungkan dalam aksi demonstrasi 2025.
Baca juga: Cara Membuat Foto Pink Hijau, Solidaritas 17+8 Tuntutan Rakyat