Parapuan.co - Selama 14 tahun terakhir, industri perjalanan telah berevolusi secara dramatis. Jika sebelumnya aksesibilitas menjadi hambatan utama yang membuat perencanaan perjalanan terasa merepotkan, kini teknologi telah mengubah segalanya.
Proses pencarian dan pemesanan perjalanan dapat dilakukan dengan cepat, dalam hitungan menit, hanya dengan sentuhan jari.
Meskipun perencanaan perjalanan kini lebih mudah, tantangan baru telah muncul, ketidakpastian. Bencana alam, kendala operasional, atau situasi geopolitik dapat mengganggu perjalanan yang sudah direncanakan dengan matang sekalipun.
Secara global, 2 dari 5 penerbangan menghadapi gangguan setiap hari. Sebuah survei dari TravelPerk mengungkapkan bahwa pada tahun 2024, 78% wisatawan global mengalami disrupsi perjalanan, dengan 43% tertunda lebih dari satu jam dan 27% menghadapi pembatalan. Tren serupa juga terjadi di Indonesia, meskipun ini adalah data global.
Indonesia juga tak luput dari gangguan perjalanan akibat faktor alam. Ambil contoh Februari 2025, ketika cuaca ekstrem di Bali dan Nusa Tenggara Barat mengganggu 11 penerbangan, mulai dari penundaan hingga pengalihan rute.
Beberapa bulan kemudian, di Juni 2025, erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di NTT memicu pembatalan dan penundaan penerbangan dari dan menuju Bali serta Labuan Bajo, karena sebaran abu vulkaniknya mencapai ketinggian 10 kilometer.
Baru-baru ini, konflik geopolitik di Timur Tengah juga mengacaukan ribuan penerbangan global. Data FlightAware di bulan Juni lalu menunjukkan betapa rentannya kondisi ini, dengan 15.964 penundaan dan 928 pembatalan dalam sehari. Ini membuktikan bahwa perjalanan dapat sangat cepat terganggu dalam waktu singkat.
Dampak ketidakpastian perjalanan tidak hanya pada rekreasi, melainkan juga pada produktivitas. Sebanyak 85% pelaku perjalanan bisnis mengalami penurunan produktivitas: 45% melewatkan atau terlambat ke pertemuan, 40% mengeluarkan biaya ekstra untuk pemesanan ulang, dan lebih dari sepertiga harus bekerja lembur.
Namun, fenomena ini tidak melulu disebabkan gangguan eksternal. Di tiket.com, sekitar 80% permintaan perubahan perjalanan justru berasal dari alasan pribadi. Ini mencakup kendala seperti masalah kesehatan, kehamilan, kedukaan, hingga persoalan visa.
Baca Juga: WNI Didenda Usai Ketahuan Pakai Viza Ziarah untuk Haji, Kenali 3 Jenis Visa Ibadah
Data ini menegaskan bahwa kebutuhan akan fleksibilitas layanan perjalanan kini sangat luas, tidak hanya terbatas pada situasi darurat, tetapi juga mencakup urusan pribadi wisatawan. Oleh karena itu, industri perjalanan harus mampu merespons lebih cepat dan empatik terhadap tuntutan baru ini.
Melihat dinamika ini, perusahaan layanan perjalanan seperti tiket.com menghadirkan pendekatan baru berbasis empati dan fleksibilitas.
“Di tiket.com, misi kami adalah memberikan solusi yang tidak hanya inovatif, namun juga penuh empati. Kami membangun platform yang memberikan kepercayaan, kendali, dan dukungan real time bila perjalanan tidak berjalan sesuai rencana,” kata Dimas Surya Yaputra, Co-Founder & CEO, tiket.com.
Di tiket.com, fleksibilitas perjalanan sudah menjadi bagian dari inti layanan kami, dengan fitur-fitur yang dirancang khusus untuk mengurangi stres akibat perubahan atau gangguan mendadak. Contoh nyatanya adalah Flight Disruption Protection.
Fitur ini memungkinkan pelanggan menerima kompensasi otomatis saat penerbangan tertunda atau dibatalkan, tanpa perlu proses klaim yang rumit. Konsumen akan langsung mendapatkan notifikasi dan penyelesaian masalah yang mudah secara digital.
Untuk mengatasi tingginya pembatalan dan perubahan jadwal karena alasan pribadi, tiket.com menyediakan fitur 100% Refund & Reschedule. Fitur ini memberikan kelonggaran bagi konsumen untuk mengubah rencana hingga 24 jam sebelum keberangkatan, sehingga mereka merasa lebih tenang dan aman dalam menghadapi ketidakpastian mendadak.
“Seiring meningkatnya harapan konsumen terhadap keandalan dan empati dalam layanan perjalanan, transformasi semacam ini di industri pariwisata semakin diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Platform pemesanan kini tidak lagi hanya dituntut efisien, namun juga adaptif dan tanggap terhadap situasi darurat. Karena pada akhirnya, dalam dunia yang tak bisa ditebak, fleksibilitas bukan lagi soal kenyamanan tambahan, melainkan landasan utama membangun kepercayaan,” jelas Dimas.
Perubahan dalam lanskap perjalanan ini pun mengubah perilaku konsumen. Mereka kini jadi lebih waspada terhadap informasi real time, memberi waktu jeda lebih panjang dalam transit, serta lebih selektif memilih layanan dengan opsi fleksibel. Fleksibilitas pun bukan lagi sekadar fitur. Ia telah menjadi pondasi utama dalam membangun pengalaman perjalanan yang adaptif, andal, dan manusiawi di era penuh ketidakpastian.
Sebagai pionir online travel agent (OTA) di Indonesia, tiket.com berkomitmen memberikan solusi perjalanan yang mudah dan aman. Seiring ekspektasi konsumen yang terus berkembang, produk dan layanan kami pun ikut beradaptasi. Di tiket.com bukan sekadar platform pemesanan, melainkan ekosistem yang dirancang untuk memberikan keyakinan, pemberdayaan, dan perlindungan pada setiap rencana perjalanan Anda, apa pun tantangan yang mungkin terjadi di dunia.
Di dunia yang penuh ketidakpastian, fleksibilitas bukan hanya sekadar kenyamanan, melainkan fondasi utama kepercayaan dalam bepergian.
(*)
Baca Juga: Panduan Membuat Visa untuk Pemula: Kesalahan Umum dan Cara Menghindarinya