JAKARTA, KOMPAS.com - Bangunan Asrama Putri Pondok Pesantren Salafiah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jailani di Jalan Pesanggrahan, Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, roboh pada Rabu (29/10/2025).
Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, akibatnya, satu santri meninggal dunia dan 11 lainnya mengalami luka-luka.
Terkait hal ini, Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti mengatakan, Kementerian PU saat ini tengah melakukan audit menyeluruh bangunan ponpes di seluruh Indonesia.
Baca juga: Akhirnya, Bangun Ulang Ponpes Al Khoziny Pakai Anggaran Kementerian PU
"Ada 80 ponpes (sampel) yang dilakukan identifikasi oleh teman-teman Direktorat Jenderal Cipta Karya," kata Diana, Rabu (29/10/2025).
80 sampel ponpes, baik yang sudah berdiri maupun yang sedang dibangun atau direnovasi tersebut tersebar di delapan provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Kementerian PU juga menyiapkan dukungan renovasi dan rekonstruksi bagi pesantren dengan prioritas tertentu, antara lain bangunan berusia lebih dari 50 tahun, menampung lebih dari 500 santri, memiliki risiko tinggi, terdiri atas lebih dari dua lantai, serta dibangun tanpa tenaga kerja konstruksi bersertifikat.
"Kalau untuk ambruk, langsung kita bangun enggak bisa. Kita kan harus identifikasi dulu ada korbannya apa enggak. Kayak kemarin kalau misal ada korban berarti harus ditangani dulu oleh Kepolisian, kalau sudah ini baru kita bisa masuk lagi," ujar Diana.
Aura Adelia (14), warga Desa Bungatan, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, menjadi salah satu korban ambruknya bangunan asrama putri Ponpes Salafiah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jailani di Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, pada Rabu (29/10/2025) dini hari sekitar pukul 00.30 WIB.
"Saya saat itu tidur terlelap, tiba-tiba (bangunan) ambruk dan lalu saya keluar kamar," ucap Aura saat ditemui di RSUD Besuki Rabu (29/10/2025).
Baca juga: Kementerian PU Temukan 4 Ponpes Bersejarah
Aura mengatakan, dalam satu kamar berisi 19 orang santriwati. Saat itu, semua teman-temannya sedang tertidur lelap dan tidak mengetahui adanya tanda-tanda bangunan akan roboh.
"Saya tidak tahu apa-apa, cuma saat saya keluar kondisi memang gerimis," katanya.
Aura baru tahu bahwa kaki kanannya terluka parah saat dirinya sudah berlari keluar dan sedang duduk bersama teman-temannya. Kaki kanannya tiba-tiba terasa perih dan keluar darah.
"Saat tahu ada luka saya minta tolong, setelah itu digendong dibawa ke rumah sakit," katanya.
Dia juga menyatakan tidak hanya dirinya yang mengalami luka serius. Namun, ada empat korban lainnya. Dua dirawat di RSIA Jatimnet dan dua santri dirawat di RSUD Besuki.
Penulis: Ridho Abdullah Akbar | Editor: Andi Hartik
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang