Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Infeksi Mematikan dan Langka Dilaporkan Mewabah di Jepang

Kompas.com - 24/06/2024, 20:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Japan National Institute of Infectious Diseases melaporkan peningkatan kasus infeksi bakteri serius yang disebut sindrom syok toksik streptokokus (STSS).

Kondisi langka namun berpotensi fatal ini paling sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes.

Meskipun negara-negara lain telah mengalami wabah ini dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kasus yang tidak biasa di Jepang menimbulkan kekhawatiran tersendiri.

Apa itu sindrom syok toksik streptokokus?

S. pyogenes, yang juga disebut sebagai Strep Grup A karena merupakan penyebab paling umum penyakit dari kelompok bakteri ini, adalah mikroba yang dapat hidup di kulit manusia, namun juga dapat menyebabkan berbagai penyakit.

Pada spektrum yang lebih ringan, S. pyogenes bertanggung jawab atas impetigo, radang tenggorokan, dan demam berdarah.

Baca juga: Studi: Mengenakan Masker Tidak Mengurangi Risiko Infeksi Covid

Namun, mikroba ini juga dapat menyebabkan penyakit yang jauh lebih serius, seperti selulitis (infeksi jaringan dalam kulit), “penyakit pemakan daging” alias necrotizing fasciitis atau STSS.

Siapa pun bisa tertular STSS, dan pada sekitar separuh kasus, tidak jelas bagaimana bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh.

Namun, ada beberapa faktor yang dapat menempatkan seseorang pada risiko yang lebih besar, seperti cedera kulit, luka operasi, infeksi cacar air yang baru-baru ini menyebabkan luka terbuka, dan penggunaan tampon.

Bagaimana situasi wabah di Jepang?

Meskipun jarang terjadi, kasus STSS diperkirakan akan terjadi dalam jumlah kecil setiap tahunnya. Namun, pihak berwenang Jepang melaporkan pada bulan Maret 2024 bahwa mereka telah memantau adanya peningkatan kasus.

Laporan tersebut mengungkapkan, ada 409 kasus STSS yang disebabkan oleh (Strep Grup A) sepanjang tahun 2023, dan 335 kasus (dalam 11 minggu pertama) pada tahun 2024.

Data terkini hingga periode 2 Juni 2024 menunjukkan belum ada tanda-tanda perlambatan pertumbuhan.

Baca juga: Apakah Infeksi Salmonella Bisa Sebabkan Kematian?

Dengan tingkat infeksi saat ini, jumlah kasus di Jepang bisa mencapai 2.500 pada tahun 2024, dengan tingkat kematian sebesar 30 persen.

Dalam waktu 24-48 jam, gejala yang mengancam jiwa seperti tekanan darah rendah, takikardia, dan kegagalan organ mulai dialami pasien.

Meski dengan pengobatan, sebanyak tiga dari 10 kasus STSS berakibat fatal.

Korban yang selamat mungkin memerlukan amputasi untuk mengangkat jaringan anggota tubuh yang terinfeksi.

Kemudian, begitu seseorang menderita STSS, mereka berisiko lebih besar untuk mengalami lagi kondisi tersebut.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau