Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meditasi Bisa Memperlambat Penuaan Biologis, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 03/04/2025, 10:38 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber Earth.com

KOMPAS.com - Meditasi ternyata bukan sekadar cara untuk menenangkan pikiran. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa praktik meditasi jangka panjang – khususnya Transcendental Meditation (TM) – bisa berdampak besar pada penuaan di tingkat molekuler.

Penelitian ini dilakukan oleh tim ilmuwan dari Maharishi International University, University of Siegen, dan Uniformed Services University of the Health Sciences. Mereka menemukan bahwa para praktisi TM yang sudah bermeditasi hingga 40 tahun menunjukkan perbedaan signifikan dalam ekspresi gen, aktivitas otak, hingga kadar hormon stres, dibandingkan mereka yang tidak bermeditasi.

Salah satu temuan terpenting dari studi ini berkaitan dengan ekspresi gen, terutama gen yang berhubungan dengan stres dan peradangan, seperti SOCS3. Gen ini seringkali dikaitkan dengan stres kronis dan metabolisme energi. Pada praktisi TM, ekspresi gen ini ditemukan lebih rendah.

Apa artinya? Ini bisa menandakan beban stres biologis (dikenal sebagai allostatic load) yang lebih rendah – yaitu jumlah “keausan” pada tubuh akibat stres jangka panjang.

“Penelitian ini memberikan bukti bahwa praktik TM jangka panjang membawa manfaat kesehatan yang luas di tingkat molekuler,” kata Supaya Wenuganen dari Maharishi International University.

“Perbedaan ekspresi gen, fungsi kognitif, dan kadar kortisol yang lebih rendah saling berkaitan, menunjukkan adanya pengurangan stres dan proses penuaan.”

Baca juga: Apakah Meditasi Benar-Benar Bermanfaat? Ini Kata Sains

Pola Aktivitas Otak yang Lebih Muda

Penurunan kognitif memang umum terjadi seiring bertambahnya usia. Namun, hasil pemindaian EEG (aktivitas otak) dalam studi ini mengungkap bahwa praktisi TM yang lebih tua menunjukkan pola otak mirip dengan orang yang jauh lebih muda.

Tim peneliti mengukur respons otak terhadap stimulus melalui sinyal N2 dan P3, indikator seberapa cepat otak memproses informasi. Hasilnya, praktisi TM memiliki waktu respons lebih cepat dibandingkan non-meditator di usia yang sama.

Mereka juga mencetak skor lebih tinggi dalam Brain Integration Scale (BIS) – sebuah indikator yang mencakup koherensi gelombang otak, kecepatan reaksi, dan kontrol perhatian.

“Temuan tentang fungsi kognitif ini sangat menarik,” ujar Frederick Travis, salah satu peneliti.

“Baik praktisi TM muda maupun tua mencetak skor lebih tinggi dibanding non-meditator. Bahkan, meditator yang lebih tua bisa tampil setara dengan kelompok muda.”

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Meditasi?

Hormon Stres dalam Rambut

Ternyata, jejak stres bisa terlihat dari rambut kita. Para peneliti menganalisis kadar kortisol (hormon stres) dan kortison (versi tidak aktifnya) dalam sampel rambut peserta.

Hasilnya, praktisi TM memiliki rasio kortisol terhadap kortison yang lebih rendah, menandakan respons tubuh terhadap stres yang lebih seimbang dan adaptif.

“Kadar kortisol yang tinggi secara kronis berhubungan dengan banyak masalah kesehatan terkait usia,” jelas Kenneth Walton, peneliti senior.

“Rasio kortisol yang lebih rendah pada praktisi TM menunjukkan cadangan adaptif yang lebih besar – dengan kata lain, ketahanan tubuh yang lebih baik terhadap tekanan hidup.”

Baca juga: Studi Ungkap Manfaat Meditasi Harian untuk Kesehatan Otak

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau