KOMPAS.com - Diabetes, penyakit yang dikenal luas karena menyebabkan peningkatan kadar gula darah, ternyata jauh lebih kompleks dari yang kita bayangkan. Baru-baru ini, Federasi Diabetes Internasional (International Diabetes Federation) resmi mengakui keberadaan jenis diabetes baru yang diberi nama diabetes tipe 5.
Dengan pengakuan ini, klasifikasi diabetes menjadi semakin luas, menunjukkan bahwa istilah "diabetes" mencakup lebih dari sekadar tipe 1 dan tipe 2.
Mari kita telusuri berbagai jenis diabetes yang telah diidentifikasi, termasuk diabetes tipe 5 yang baru ini, serta penyebab dan penanganannya.
Diabetes tipe 1 muncul ketika sistem imun seseorang menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas. Ini adalah kondisi autoimun yang bisa terjadi pada siapa pun—dari bayi hingga lansia—dan tidak terkait dengan pola makan atau gaya hidup.
Penderita tipe 1 harus menjalani terapi insulin seumur hidup, baik melalui suntikan maupun pompa insulin. Namun, kabar baiknya, beberapa orang dengan kadar gula rendah parah kini dapat menerima transplantasi sel penghasil insulin dari donor yang telah meninggal. Bahkan, sebagian orang tak lagi membutuhkan suntikan insulin setelah transplantasi ini.
Lebih menarik lagi, transplantasi sel punca (stem cell) yang menghasilkan insulin juga telah berhasil dilakukan pada sejumlah pasien. Meski mereka masih harus mengonsumsi obat penekan imun, pendekatan ini memberi harapan akan "penyembuhan fungsional". Meski demikian, terapi ini belum tersedia secara luas.
Baca juga: Diabetes Bisa Disembuhkan, Bahkan Lebih Cepat dari yang Kita Bayangkan
Tipe 2 adalah jenis diabetes paling umum, sering dikaitkan dengan indeks massa tubuh (BMI) tinggi. Meski demikian, banyak penderita tipe 2 yang sebenarnya memiliki berat badan normal, terutama mereka yang memiliki riwayat genetik kuat.
Beberapa kelompok etnis seperti Asia Selatan, Afrika, dan Karibia memiliki risiko lebih tinggi, bahkan pada berat badan yang relatif rendah. Obat-obatan seperti metformin—yang digunakan ratusan juta orang di seluruh dunia—membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan menghambat produksi gula oleh hati.
Ada puluhan jenis obat untuk mengelola gula darah pada diabetes tipe 2, dan penyesuaian pengobatan secara personal telah terbukti meningkatkan hasil kesehatan.
Selain itu, perubahan gaya hidup juga bisa membalikkan kondisi ini. Sebuah studi menunjukkan bahwa diet rendah kalori (800 kalori per hari) selama 12 bulan berhasil membalikkan diabetes pada 46% peserta.
Baca juga: Senyawa Alami Buah Zaitun Bisa Atasi Obesitas dan Diabetes Tipe 2
Jenis ini terjadi selama kehamilan, biasanya antara minggu ke-24 hingga ke-28. Penyebabnya adalah perubahan hormonal yang menurunkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Risiko meningkat pada wanita yang:
Wanita dari latar belakang Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika, dan Karibia memiliki risiko lebih tinggi. Usia juga menjadi faktor penting karena sensitivitas insulin menurun seiring bertambahnya usia.
Penanganan dilakukan melalui diet, olahraga, obat tablet, atau suntikan insulin.
Baca juga: Studi: Kurang Tidur Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2
Selain tipe umum, ada banyak bentuk diabetes langka yang kini dikenali secara medis:
Baca juga: Apakah Tahu Bisa Menurunkan Risiko Penyakit Diabetes?
Jenis diabetes baru ini muncul akibat malnutrisi selama masa kanak-kanak. Tipe ini lebih sering terjadi di negara berkembang dan diperkirakan memengaruhi 20–25 juta orang di seluruh dunia.