Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fosil Ular Purba Berusia 38 Juta Tahun Mengubah Pandangan Evolusi

Kompas.com - 04/06/2025, 17:57 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber Earth.com

KOMPAS.com - Dalam dunia paleontologi, penemuan fosil ular biasanya hanya terdiri dari potongan kecil: ruas tulang belakang, serpihan tulang rusuk, atau sepotong rahang yang sudah terpisah. Oleh karena itu, penemuan kerangka ular yang hampir utuh merupakan momen langka yang sangat dinanti.

Musim semi lalu, tim peneliti di Wyoming, Amerika Serikat, menemukan sesuatu yang jauh melampaui harapan: empat fosil ular yang tidak hanya lengkap, tetapi juga terawetkan dalam posisi yang nyaris sempurna — dari tengkorak hingga ujung ekor.

Baca juga: Ular Berkepala Dua Bisa Tumbuh Sehat walau Satu Kepala Tidak Makan

Penemuan dari Masa Oligosen Awal

Fosil-fosil ini berasal dari sedimen berusia sekitar 38 juta tahun, tepatnya dari awal zaman Oligosen. Saat itu, iklim di Amerika Utara mulai mendingin. Keempat ular ditemukan bersama dalam lapisan batu lumpur tipis, menunjukkan kemungkinan besar bahwa mereka mati dalam waktu berdekatan — mungkin hanya berselang beberapa jam.

Setelah dianalisis di laboratorium, ciri-ciri halus pada fosil ini menunjukkan sesuatu yang mengejutkan: mereka bukanlah bagian dari spesies yang telah dikenal sebelumnya. Perbedaan bentuk rahang, susunan gigi, hingga struktur tonjolan pada tulang belakang menunjukkan bahwa ini adalah spesies baru. Maka lahirlah nama Hibernophis breithaupti.

Baca juga: Spesies Baru Ular Pohon dari Papua Nugini, Ditemukan Sedang Membelit Elang

Ular Kecil yang Menggali Tanah

Hibernophis adalah ular kecil, hidup di dalam tanah, dan panjang tubuhnya hanya sekitar beberapa sentimeter. Spesimen terbesar berukuran dua kali lebih panjang dari yang lainnya, memberikan pandangan unik tentang tahapan pertumbuhan dalam satu spesies. Ini jarang terjadi dalam temuan fosil.

Michael Caldwell, paleontolog dari University of Alberta, sangat kagum dengan kondisi fosil tersebut. “Di museum seluruh dunia mungkin ada hampir satu juta ruas tulang belakang ular yang tercerai-berai. Tapi menemukan satu ular utuh? Itu sangat langka,” ujarnya penuh antusias.

Empat kerangka ini memberikan gambaran utuh lebih dari 200 ruas tulang belakang, lengkap dengan tulang rusuk dan tulang tengkorak yang rapuh. Ini memungkinkan para ilmuwan melihat bagaimana bagian tubuh ular berubah dari kepala ke ekor — sesuatu yang tak mungkin dilakukan jika hanya memiliki satu ruas tulang saja.

Baca juga: Digigit Ular Berbisa 200 Kali, Tim Friede Jadi Harapan Antivenom Universal

Hubungan dengan Ular Modern

Peneliti kemudian menggabungkan data anatomi dari fosil dengan informasi DNA dari ular yang hidup saat ini untuk memahami hubungan evolusioner. Hasilnya mengejutkan: Hibernophis ternyata berkerabat dekat dengan keluarga boa (Boidae) — sekelompok ular yang kini mencakup pemanjat pohon, penggali pasir, hingga pembelit raksasa.

“Kami belajar banyak tentang evolusi keluarga Boidae secara umum,” kata Caldwell. “Sepertinya mereka berawal dari tubuh yang relatif kecil, dan itu sangat menarik.”

Analisis ini juga menunjukkan bahwa Hibernophis berada di luar cabang boa modern, menandakan bahwa keluarga ini sudah mulai bercabang sejak awal Oligosen.

Perbedaan ukuran antarindividu dalam temuan Wyoming ini juga menunjukkan pola pertumbuhan, dari ular muda hingga dewasa. Ular terkecil memiliki tengkorak sepanjang 1,3 cm, sementara yang terbesar menunjukkan rahang yang lebih tebal dan sambungan tulang yang sudah menyatu.

Baca juga: Evolusi Kilat Ular Piton Akibat Suhu Beku

Petunjuk Perilaku Sosial Purba

Keempat ular ditemukan dalam keadaan melingkar bersama dalam satu liang, yang diyakini sebagai tempat hibernasi bersama atau hibernaculum. Ini mengindikasikan perilaku sosial yang tidak biasa pada reptil.

“Ini menunjukkan perilaku sosial pada ular, sesuatu yang jarang sekali kita temukan,” jelas Caldwell. “Dari hampir 15.000 spesies reptil yang hidup saat ini, tidak ada yang berhibernasi seperti ular garter.”

Penemuan ini menunjukkan bahwa perilaku berkumpul untuk menghemat panas tubuh — seperti yang dilakukan ular garter modern saat musim dingin — mungkin sudah ada jutaan tahun yang lalu.

Baca juga: Seberapa Besar Hewan yang Bisa Ditelan Ular?

Letusan Gunung Berapi: Hadiah dari Bencana

Kondisi luar biasa dari fosil ini ternyata terjadi berkat letusan gunung berapi purba. Abu vulkanik yang sangat halus menyelimuti dataran banjir, menyegel liang ular dalam kondisi kedap udara yang memperlambat pembusukan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau