Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Spesies Tokek Baru Ditemukan Setelah Delapan Tahun Pencarian

Kompas.com - 20/08/2025, 12:33 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber Earth.com

KOMPAS.com - Seekor tokek cokelat-keemasan berlari di atas batu granit yang hangat di pesisir Angola—dan keberadaannya menarik minat peneliti yang langsung menyelidiki hewan itu. Ternyata ia adalah bagian dari trio tokek yang aktif siang hari (day gecko) yang sebelumnya belum pernah dideskripsikan secara formal oleh ilmu pengetahuan.

Riset kemudian mengungkap tiga spesies baru dari Angola, tetangga Namibia di utara: tokek siang Namib bercak besar Rhoptropus megocellus, serta R. minimus dan R. crypticus. Temuan ini merupakan hasil ekspedisi lapangan multi-tahun di wilayah kering di barat daya negara tersebut (2018 hingga awal 2025), dipimpin Javier Lobón-Rovira dari Universidade do Porto (UP) bersama rekan-rekannya lintas institusi.

“Angola rupanya muncul sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman tokek tertinggi di daratan Afrika,” tulis Lobón-Rovira, menegaskan lonjakan data keanekaragaman herpetofauna saat akses lapangan membaik dan survei meluas.

Baca juga: Tokek Spesies Baru Punya Corak Bak Lukisan Vincent van Gogh

Mengapa Angola?

Dalam satu dekade terakhir, kombinasi akses lapangan yang lebih mudah dan alat genetika modern menguak spesies-spesies yang selama ini “tersembunyi” di balik kemiripan bentuk. Tinjauan komprehensif herpetofauna Angola juga menyoroti beberapa hotspot endemis di barat daya, khususnya wilayah pesisir Namibe dan kaki tebing (escarpment) yang menciptakan mosaik mikrohabitat: bongkah granit, dataran kerikil, sungai-sungai kering, hingga inselberg terpencil. 

Mosaik ini mendorong lahirnya garis keturunan endemik—spesies yang hanya hidup di satu tempat—dan memungkinkan kerabat dekat hidup berdampingan tanpa saling bersaing langsung.

Baca juga: 5 Perbedaan Tokek dan Kadal

Foto tanpa skala variasi pola warna punggung anggota kelompok Rhoptropus barnardi di Angola. (A) Rhoptropus barnardi sensu stricto dari Calueque, Provinsi Cunene, Angola. (B) Rhoptropus aff. barnardi 2 dari Sungai Bero, Provinsi Cunene. (C, D) Rhoptropus aff. barnardi 1 dari Tchivira, Provinsi Huila, dan dari Chapeu Armado, Provinsi Namibe, Angola. (E) Rhoptropus minimus sp. nov. dari Baba, Provinsi Namibe. (F, G) Rhoptropus biporosus dari Taman Nasional Iona, Provinsi Namibe, Angola.Ecology and Evolution Foto tanpa skala variasi pola warna punggung anggota kelompok Rhoptropus barnardi di Angola. (A) Rhoptropus barnardi sensu stricto dari Calueque, Provinsi Cunene, Angola. (B) Rhoptropus aff. barnardi 2 dari Sungai Bero, Provinsi Cunene. (C, D) Rhoptropus aff. barnardi 1 dari Tchivira, Provinsi Huila, dan dari Chapeu Armado, Provinsi Namibe, Angola. (E) Rhoptropus minimus sp. nov. dari Baba, Provinsi Namibe. (F, G) Rhoptropus biporosus dari Taman Nasional Iona, Provinsi Namibe, Angola.

Tiga Tokek, Tiga Karakter

Dalam temuan ini, para ilmuwan mendapati tiga spesies baru. Ketiganya adalah:

1) Rhoptropus megocellus — Si “Bercak Mata”

Hewan ini bertubuh kokoh dengan bintik-bintik gelap seperti mata (ocelli) berderet di punggung. Pasangan bintik pertama di leher bahkan bisa menyatu seperti kerah. Warna dasar kulitnya abu-abu sampai cokelat, dengan retikulasi oranye di kepala, membantu kamuflase di granit.

Soal habitat, penulis menyebutnya “sangat bergantung pada batu; selalu ditemukan di bongkah granit datar yang besar, tempat ia bisa berlari cepat untuk kabur.” Mereka juga sering memanfaatkan serpihan granit terkelupas sebagai tempat sembunyi kilat.

Ciri pembeda lain: susunan sisik besar di bawah ekor, satu sisik internasal besar, jumlah sisik terminal di jari keempat yang lebih sedikit, serta tepi lubang hidung yang tampak mengembung.

2) Rhoptropus minimus — Si Kecil yang Kekar

Seperti namanya, ukurannya paling mungil di antara tokek Namib. Punggungnya berbintik seperti butiran granit. Jantannya punya empat pori preklokal (terbagi dua kelompok). Tubuhnya lebih kekar, berbeda dari kerabat pelari tanah yang ramping, R. biporosus.

3) Rhoptropus crypticus — Si Pendaki Tebing

Tokek ini memilih tebing curam berbatu di pesisir utara Namibe. Ia sering berada dekat si bercak besar, tetapi pola sisik ekor dan corak punggung—termasuk tanda hitam yang khas—membuatnya mudah dibedakan. Jantan R. crypticus juga memiliki lebih banyak pori preklokal dibanding R. biporosus.

Baca juga: Tokek Punya “Indra Keenam” untuk Merasakan Getaran Tanah

Bagaimana Peneliti Memastikannya?

Tim mengumpulkan 14 spesimen museum plus sampel jaringan dari populasi yang sebelumnya tak dikenal. Mereka membandingkan ukuran tubuh, jumlah sisik, dan pola warna, lalu menguji temuan itu dengan analisis DNA—baik DNA mitokondria (garis ibu) maupun DNA inti.

Hasilnya senada: ketiga tokek membentuk kelompok genetik yang terpisah jelas. Artinya, perbedaan yang terlihat di lapangan memang tercermin di gen mereka—bukan sekadar variasi bentuk.

Baca juga: Berasal dari Afrika, Tokek Ini Kini Ditemukan Menyebar di Amerika, Kok Bisa?

Mengapa Batu Begitu Penting?

Bagi tokek siang Namib, jenis permukaan batu memengaruhi cara berlari dan bentuk kaki. Granit datar yang licin, tebing yang curam, atau serpihan batu yang mudah terkelupas—semuanya membentuk “gaya hidup” yang berbeda. Tidak heran jika spesies bisa berbagi lokasi tetapi memilih wajah batu yang berbeda, sehingga tidak saling berebut.

Semua spesimen ini disimpan di Luanda, Porto, dan Madrid. Ini penting karena nama ilmiah “menempel” pada spesimen tipe yang bisa diukur ulang, dicek ulang, bahkan diambil DNA-nya lagi jika ada metode baru. Dengan begitu, penelitian di masa depan memiliki bukti fisik untuk membenarkan atau mengoreksi identifikasi.

Adapun memberi nama spesies baru punya dampak nyata: menegaskan tanggung jawab konservasi. Jika seekor tokek hanya cocok hidup di granit tertentu atau bergantung pada serpihan batu terkelupas untuk berlindung, maka penambangan, pembangunan jalan, atau pariwisata yang tak terkelola bisa menghapus populasinya dalam sekejap. Nama yang jelas membantu pemerintah dan warga merencanakan perlindungan sesuai kebutuhan mikrohabitat.

Pada 2025, tim lain mendeskripsikan tokek siang Namib tambahan, Rhoptropus nivimontanus dari Serra da Neve (Provinsi Namibe), lewat pendekatan gabungan pola warna, bentuk tubuh, dan DNA. Rangkaian temuan ini menegaskan wilayah barat daya Angola sebagai pusat diversifikasi reptil kecil spesialis batu—dan kekuatan kolaborasi lapangan, kemitraan museum, serta analisis genetika.

Seperti yang ditulis para peneliti, “Batu-batu di Angola masih menyimpan banyak cerita, dan untuk tokek siang, detailnya benar-benar terlihat jelas di bawah cahaya matahari.”

Baca juga: Spesies Baru Tokek Ditemukan di Pulau Bali

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau