Kompas.com - Musim kemarau biasanya identik dengan cuaca panas dan langit cerah tanpa hujan. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, fenomena kemarau basah sering terjadi.
Kondisi ini membuat hujan masih turun secara berkala meskipun wilayah sudah memasuki musim kemarau.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar dari masyarakat, seperti, “mengapa hujan masih turun saat musim kemarau tiba?”.
Lebih lengkapnya, mari kita berkenalan lebih dekat dengan kemarau basah, mulai dari pengertian, penyebab, hingga prakiraan dari BMKG terkait sampai kapan kemarau basah 2025 akan berlangsung!
Baca juga: Mengapa Saat Musim Kemarau Udara Malam Lebih Dingin? Ini Penjelasan Fenomena Bediding
Melansir Buku Penyehatan Udara (2017) karya Tri Cahyono, kemarau basah adalah kondisi di mana masih terjadi hujan namun sudah memasuki musim kemarau.
Sementara mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemarau basah merupakan musim kemarau yang ditandai dengan curah hujan yang cukup deras.
Fenomena ini juga dikenal dengan musim kemarau yang bersifat atas normal, yang diprediksi akan menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya di sejumlah wilayah.
Apa penyebab kemarau basah?
Kemarau basah terjadi karena suhu dingin di Samudra Hindia bertemu dengan suhu panas di perairan Indonesia.
Hal ini menyebabkan suhu perairan di Indonesia menghangat lalu menghasilkan uap air yang lebih besar.
Nah, kondisi inilah yang membuat awan cumulus congestus lalu berkembang menjadi awan konvektif hujan dengan intensitas lebih banyak dan disertai petir juga angin kencang.
Ketika kondisi normal, curah hujan hanya berkisar 50-100 milimeter per kubik, sedangkan saat kondisi normal atas bisa meningkat hingga 300 milimeter per kubik.
Tak heran jika kerap terjadi bencana banjir hingga tanah longsor di sejumlah wilayah ketika fenomena ini muncul.
Baca juga: Mengenal Angin Muson, Penentu Musim Hujan dan Kemarau di Indonesia
Melansir laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemarau basah atau sifat atas normal masih diprediksi masih berlangsung di sejumlah wilayah di Indonesia pada bulan Juni hingga Agustus 2025 mendatang.
Pada bulan Juni 2025, sebanyak 56,54 persen wilayah Indonesia akan mengalami kondisi lebih basah dari pada normalnya.