KOMPAS.com – Seorang pria berusia 60 tahun di Amerika Serikat harus dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami bromisme, kondisi langka akibat paparan kronis senyawa bromida.
Kisah ini bermula ketika ia mencari cara mengubah pola makan menggunakan ChatGPT.
Salah satu langkah yang ia ambil adalah mengganti garam dapur (natrium klorida) dengan natrium bromida yang dibelinya secara daring.
Dikutip dari Live Science, Sabtu (9/8/2025), seorang juru bicara OpenAI atau pengembang ChatGPT menegaskan bahwa layanan mereka tidak dirancang untuk memberikan diagnosis maupun pengobatan medis.
“ChatGPT tidak boleh dijadikan satu-satunya sumber kebenaran atau pengganti nasihat dari tenaga profesional,” ujar juru bicara tersebut.
Live Science melaporkan, kasus ini telah dipublikasikan di jurnal Annals of Internal Medicine Clinical Cases pada Agustus 2025.
Baca juga: 3 Keterampilan yang Sulit Digantikan AI Menurut Pakar Teknologi, Apa Saja?
Setelah tiga bulan menjalani diet saran dari ChatGPT, pria itu datang ke instalasi gawat darurat (IGD) dengan gejala paranoia, termasuk keyakinan bahwa tetangganya mencoba meracuninya.
Pemeriksaan laboratorium awal menunjukkan kadar klorida yang tinggi dalam darah. Namun, dokter curiga hasil itu bisa keliru karena bromida dapat mengganggu pembacaan alat uji.
Berkonsultasi dengan pusat racun, tim medis akhirnya menyimpulkan bahwa pasien mengalami bromisme.
Kondisinya kian memburuk, termasuk paranoia semakin kuat, mengalami halusinasi, bahkan mencoba kabur dari rumah sakit.
Pria itu kemudian mendapat perawatan psikiatri dan obat antipsikotik.
Selain gangguan psikis, ia juga mengeluhkan jerawat, ruam kulit, insomnia, kelelahan, gangguan koordinasi otot, dan rasa haus berlebihan yang merupakan gejala khas bromisme.
Menurut laporan di jurnal Annals of Internal Medicine Clinical Cases, bromida dulu populer pada abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20 sebagai obat penenang, antikonvulsan, dan obat tidur.
Namun, pemakaian jangka panjang terbukti berisiko menimbulkan bromisme, yakni keracunan akibat akumulasi bromida di tubuh.
Kondisi ini dapat memicu gangguan neuropsikiatri, seperti psikosis, delusi, agitasi, hingga gangguan memori dan koordinasi otot.