KOMPAS.com - Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah wilayah dilaporkan mengalami suhu dingin yang terasa hingga menusuk tulang.
Kondisi suhu dingin ini dikeluhkan oleh sejumlah warganet di media sosial X. Beberapa di antaranya menyebut, hawa dingin yang menusuk ini disebabkan oleh fenomena bediding.
"Bediding, monsun Australia kembali menguat," tulis akun @zaki*******.
"Anginnya ini lho, kalo malem nusuk tulang bgt yg berkendara motor, jgn lupa double jaket," tulis akun @line******.
"Bandung dingin banget + anginnya kenceng banget malah," tulis akun @wmin*****.
Lantas, apa penyebab fenomena bediding dan mana saja wilayah yang terdampak?
Baca juga: Warganet Kembali Keluhkan Fenomena Bediding Menusuk Tulang, Berlangsung sampai Kapan?
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, fenomena bediding adalah istilah lokal untuk menggambarkan kondisi udara yang sangat dingin, terutama pada malam hingga pagi hari, yang biasanya terjadi saat musim kemarau.
Kondisi ini umumnya terjadi selama puncak musim kemarau, yaitu pada Juli hingga Agustus.
"Meski kemarau identik dengan cuaca panas dan kering, fenomena ini justru membuat suhu terasa menusuk tulang, terutama di dataran tinggi dan pegunungan," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (15/8/2025).
Ia menyampaikan, fenomena bediding atau suhu dingin di Indonesia dipicu oleh beberapa faktor meteorologis yang khas terjadi saat musim kemarau, meliputi:
Baca juga: Warga Ngeluh Bandung Dingin meski Musim Kemarau, Ini Penjelasan BMKG
Guswanto mengatakan, fenomena bediding paling terasa di wilayah-wilayah berikut:
Guswanto menyampaikan, fenomena bediding atau suhu dingin diperkirakan akan berlangsung hingga September 2025.
"BMKG memperkirakan fenomena bediding akan berlangsung hingga awal September 2025, seiring dengan berakhirnya puncak musim kemarau," jelas dia,
"Setelah itu, suhu malam akan mulai menghangat seiring meningkatnya tutupan awan dan kelembapan udara," sambungnya.
Sebagai langkah mitigasi, masyarakat diimbau untuk:
Baca juga: Indonesia Kembali Dilanda Suhu Dingin Agustus 2025, Wilayah Mana Saja yang Terdampak?
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini