Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Ungkap Penyebab Bediding dan Wilayah yang Alami Suhu Dingin Agustus 2025

Kompas.com - 16/08/2025, 10:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah wilayah dilaporkan mengalami suhu dingin yang terasa hingga menusuk tulang.

Kondisi suhu dingin ini dikeluhkan oleh sejumlah warganet di media sosial X. Beberapa di antaranya menyebut, hawa dingin yang menusuk ini disebabkan oleh fenomena bediding.

"Bediding, monsun Australia kembali menguat," tulis akun @zaki*******.

"Anginnya ini lho, kalo malem nusuk tulang bgt yg berkendara motor, jgn lupa double jaket," tulis akun @line******.

"Bandung dingin banget + anginnya kenceng banget malah," tulis akun @wmin*****.

Lantas, apa penyebab fenomena bediding dan mana saja wilayah yang terdampak?

Baca juga: Warganet Kembali Keluhkan Fenomena Bediding Menusuk Tulang, Berlangsung sampai Kapan?


Penyebab fenomena bediding

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, fenomena bediding adalah istilah lokal untuk menggambarkan kondisi udara yang sangat dingin, terutama pada malam hingga pagi hari, yang biasanya terjadi saat musim kemarau.

Kondisi ini umumnya terjadi selama puncak musim kemarau, yaitu pada Juli hingga Agustus.

"Meski kemarau identik dengan cuaca panas dan kering, fenomena ini justru membuat suhu terasa menusuk tulang, terutama di dataran tinggi dan pegunungan," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (15/8/2025).

Ia menyampaikan, fenomena bediding atau suhu dingin di Indonesia dipicu oleh beberapa faktor meteorologis yang khas terjadi saat musim kemarau, meliputi:

  • Minimnya tutupan awan: Langit cerah memungkinkan panas dari permukaan Bumi lepas ke atmosfer saat malam, menyebabkan pendinginan ekstrem.
  • Kelembapan udara rendah: Udara kering tidak mampu menahan panas, sehingga suhu turun drastis di malam hari.
  • Angin monsun timur dari Australia: Membawa massa udara dingin dan kering ke wilayah Indonesia bagian selatan.
  • Perbedaan wilayah: Meski sebagian wilayah sudah mulai hujan, daerah yang masih dalam puncak kemarau tetap mengalami kondisi atmosfer yang mendukung bediding.

Baca juga: Warga Ngeluh Bandung Dingin meski Musim Kemarau, Ini Penjelasan BMKG

Sebaran wilayah yang mengalami suhu dingin

Guswanto mengatakan, fenomena bediding paling terasa di wilayah-wilayah berikut:

  • Pegunungan Dieng
  • Bandung & Lembang 
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat (NTB)
  • Nusa Tenggara Timur (NTT)
  • Sulawesi Selatan
  • Jakarta
  • Surabaya

Guswanto menyampaikan, fenomena bediding atau suhu dingin diperkirakan akan berlangsung hingga September 2025.

"BMKG memperkirakan fenomena bediding akan berlangsung hingga awal September 2025, seiring dengan berakhirnya puncak musim kemarau," jelas dia,

"Setelah itu, suhu malam akan mulai menghangat seiring meningkatnya tutupan awan dan kelembapan udara," sambungnya.

Sebagai langkah mitigasi, masyarakat diimbau untuk:

  • Mengenakan pakaian hangat pada malam dan pagi hari
  • Mengonsumsi minuman hangat serta makanan bergizi
  • Menggunakan pelembap kulit untuk mencegah kulit pecah-pecah
  • Melindungi tanaman dengan penutup plastik atau rumah tanam sederhana
  • Memastikan hewan ternak memiliki tempat berlindung dari suhu ekstrem
  • Rutin memantau prakiraan cuaca BMKG sebagai langkah antisipasi.

Baca juga: Indonesia Kembali Dilanda Suhu Dingin Agustus 2025, Wilayah Mana Saja yang Terdampak?

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Tren
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Tren
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Tren
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa 'Orang Seram'
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa "Orang Seram"
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau