Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

80 Tahun dengan 2.000 Ledakan Nuklir, Ini Dampak yang Masih Terasa hingga Kini

Kompas.com - 26/08/2025, 10:15 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebanyak lebih dari 2.000 senjata nuklir telah diledakkan dalam 80 tahun terakhir dan dampaknya masih terasa hingga kini.

Nuklir pertama kali diledakkan ketika Amerika Serikat (AS) menjatuhkan dua bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang menjelang akhir Perang Dunia II.

Setelah itu, negara-negara lain mengembangkan senjata nuklir yang semakin kuat seiring waktu.

Dikutip dari CNN, Minggu (24/8/2025), pengembangan senjata nuklir ini pun tidak luput dari proses tes atau pengujian yang terjadi dari 1945 hingga 1996.

Negara-negara yang telah melakukan uji coba nuklir termasuk AS, Perancis, China, Inggris, India, Pakistan, Rusia (Uni Soviet), dan Korea Utara.

AS diketahui melakukan sebagian besar pengujian nuklirnya di negara bagian Nevada dan Kepulauan Marshall.

Uji coba itu dilakukan sebelum serangkaian perjanjian internasional yang mengatur hingga membatasi praktik tersebut.

Hanya Korea Utara yang telah menguji senjata nuklir di abad ke-21, terakhir kali pada tahun 2017. Kemudian, tidak ada uji coba atmosfer yang dilakukan sejak tahun 1980.

Lantas, apa saja dampak senjata nuklir tersebut?

Baca juga: Ketika 16.000 Merpati Jadi Agen Rahasia Selama Perang Dunia II...

Dampak senjata nuklir yang masih terasa hingga kini

Berikut ini sejumlah dampak senjata nuklir yang masih terasa hingga kini:

Kesehatan masyarakat

Dampak senjata bom nuklir yang masih terasa hingga kini adalah kesehatan masyarakat yang tinggal di dekatnya, khususnya terkait kasus kanker.

Salah satu penyintas yang merasakan dampak nuklir tersebut adalah Mary Dickson, yang tumbuh besar di Kota Salt Lake, Utah pada 1950-an hingga 1960-an.

Dickson termasuk di antara jutaan anak sekolah AS yang diajari untuk "merunduk dan berlindung" jika terjadi perang nuklir.

Saat itu, Dickson tidak tahu bahwa senjata nuklir sedang diledakkan di negara bagian tetangga, Nevada, saat AS menguji persediaan barunya.

Dickson mengaku dirinya menderita kanker tiroid, sedangkan kakak perempuannya meninggal dunia karena lupus di usia 40-an.

Adik perempuannya baru-baru ini diberi tahu bahwa kanker ususnya telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Sedangkan keponakan-keponakan Dickson juga mengaku memiliki masalah kesehatan berkaitan dengan radiasi nuklir.

Secara umum paparan radiasi tersebut meningkatkan risiko kanker, meski tidak disebutkan berakibat secara langsung.

“Sungguh menghancurkan. Saya tidak bisa menghitung berapa banyak teman yang saya miliki, dan kanker mereka kambuh lagi,” ucap Dickson.

“Kerusakan psikologisnya tidak kunjung hilang. Anda menghabiskan sisa hidup Anda mengkhawatirkan setiap benjolan, setiap rasa sakit (berarti) kambuh lagi,” lanjutnya.

Baca juga: Tak Ada Iran, Ini 9 Negara yang Punya Senjata Nuklir

Pencemaran lingkungan

Selain berdampak pada kesehatan masyarakat, uji coba senjata nuklir ini memiliki konsekuensi lingkungan yang signifikan.

Antara 1946 dan 1958, AS melakukan 67 uji coba nuklir di Kepulauan Marshall, yang memiliki hasil ledakan total setara dengan 7.232 bom Hiroshima.

AS merelokasi penduduk Kepulauan Marshall yang tinggal di atau dekat atol yang digunakan sebagai lokasi uji coba. Mereka direlokasi ke AS.

Beberapa di antaranya masih belum kembali ke tanah mereka, meskipun ada upaya pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Lima pulau hancur sebagian atau seluruhnya akibat uji coba nuklir oleh AS tersebut. Sementara sebagian Kepulauan Marshall "masih terkontaminasi" hampir 70 tahun kemudian.

Hal itu disampaikan oleh seorang anggota tim peneliti dari Universitas Columbia yang telah menyelidiki tingkat radiasi di sana, Ivana Nikolic Hughes.

Menurutnya, berdasarkan proses bioakumulasi, beberapa isotop radioaktif terkonsentrasi di sumber makanan.

"Kami menemukan kadar isotop yang sangat tinggi bernama Cesium-137 dalam makanan, dan isotop tersebut secara kimiawi mirip dengan kalium," ujar Hughes.

"Karena tanaman terus menyerap nutrisi dari tanah, mereka akan mengalami bioakumulasi,” tambahnya.

Kepiting kelapa yang hidup di pulau-pulau tersebut memakan banyak kelapa yang telah terkontaminasi.

Sehingga, tim peneliti benar-benar dapat mengarahkan detektor radiasi dan menemukan paparan tinggi di kepiting kelapa.

Baca juga: Tuduh hingga Serang Iran, Israel Sendiri Dilaporkan Punya Senjata Nuklir

Ledakan bom atom di Hiroshima (kiri) dan Nagasaki (kanan).George R. Caron / Charles Retribusi Ledakan bom atom di Hiroshima (kiri) dan Nagasaki (kanan).
Kehancuran total kota

Dampak terburuk dari senjata nuklir adalah kehancuran total sebuah kota, seperti Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.

AS menjatuhkan bom atom berkekuatan nuklir tersebut dalam konflik bersenjata dengan Jepang pada masa akhir Perang Dunia II.

Dilansir dari Britannica, serangan bom atom AS di Hiroshima terjadi pada 6 Agustus 1945, kemudian Nagasaki pada 9 Agustus 1945.

Selain kota yang luluh lantak, ratusan ribu penduduk kedua kota tersebut menjadi korban tewas akibat bom atom AS.

Sebuah laporan menyatakan bahwa 135.000 penduduk Hiroshima menjadi korban tewas. Sementara di Nagasaki, 64.000 orang menjadi korban tewas.

Baca juga: Kisah Hidup Tsutomu Yamaguchi, Satu-satunya Korban Selamat Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Tren
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau