Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar 10 Perusahaan yang Paling Banyak Lakukan PHK 2025 di Dunia, Mana Saja?

Kompas.com - 03/09/2025, 13:00 WIB
Intan Maharani

Penulis

KOMPAS.com - Gelombang PHK 2025 masih berlanjut di berbagai industri di seluruh dunia. Sebagian besar dipicu efisiensi biaya, restrukturisasi, merger, dan otomatisasi berbasis AI. 

Survei World Economic Forum (WEF) mencatat 41 persen perusahaan global memperkirakan pengurangan tenaga kerja dalam lima tahun ke depan karena transformasi digital dan AI.

Baca juga: Indeks Optimisme Indonesia 2025 Turun, PHK hingga Inflasi Jadi Biang Keroknya

Lantas, mana saja perusahaan yang melakukan PHK paling banyak di seluruh dunia?

Daftar PHK karyawan terbanyak 2025

Dikutip dari Bussines Insider, Jumat (29/8/2025), berikut daftar 10 perusahaan yang melakukan PHK terbanyak pada 2025.

1. Geico - 30.000 pekerja

Geico, anak usaha Berkshire Hathaway di sektor asuransi kendaraan, memangkas tenaga kerjanya dari 50.000 menjadi sekitar 20.000 orang. 

Ajit Jain, Wakil Ketua Berkshire, mengonfirmasi pemotongan ini dilakukan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan profitabilitas.

2. Nissan - 20.000 pekerja

Produsen mobil Jepang ini menutup tujuh dari 17 pabriknya dan mengurangi 20.000 pekerjaan hingga 2027. 

Nissan mencatat kerugian 671 miliar yen atau sekitar Rp 72 triliun akibat tarif impor kendaraan di AS dan anjloknya penjualan di China.

3. UPS - 20.000 pekerja

Perusahaan logistik global ini memangkas 4 persen tenaga kerja atau sekitar 20.000 posisi. 

UPS juga menutup 73 gedung di AS dan mengotomatiskan 400 fasilitas, seiring turunnya volume pengiriman dari Amazon sebesar 16 persen pada 2024.

"Dengan langkah ini, kami akan muncul sebagai UPS yang lebih kuat dan gesit," tegas CEO Carol Tome. 

Baca juga: Angka Kemiskinan Turun di Tengah Gelombang PHK, Apakah Data BPS Menggambarkan Realita?

4. Microsoft – 15.000 pekerja

Microsoft melakukan PHK bertahap: ribuan pada Januari, 6.000 di Mei, dan 9.000 di Juli. 

Sebagian besar dilakukan untuk menyesuaikan struktur internal dan mengalihkan sumber daya ke pengembangan produk AI.

5. Panasonic - 10.000 pekerja

Panasonic mengurangi 10.000 posisi, terdiri dari 5.000 di Jepang dan 5.000 di luar negeri. 

Manajemen menyebut langkah ini sebagai evaluasi menyeluruh terhadap efisiensi operasional dan kebutuhan organisasi.

6. Chevron - 9.000 pekerja

Chevron memangkas 15–20 persen dari total 45.600 pekerjanya. Pemotongan ini terkait integrasi akuisisi Hess dan ditargetkan menghemat antara Rp 31 triliun hingga Rp 46 triliun pada 2026.

Seorang juru bicara Chevron menyatakan, PHK dilakukan untuk menyederhanakan struktur organisasi. 

"Chevron mengambil tindakan untuk menyederhanakan struktur organisasi kami, mengeksekusi lebih cepat dan efektif, serta memposisikan perusahaan untuk daya saing jangka panjang yang lebih kuat," jelasnya. 

7. BP - 7.700 pekerja

Perusahaan energi asal Inggris ini memotong 4.700 staf tetap dan 3.000 kontraktor, sekitar 5 persen dari total tenaga kerja global.

"Kami memperkuat daya saing kami dan membangun ketahanan saat menurunkan biaya, mendorong peningkatan kinerja, dan memanfaatkan kapabilitas utama kami," kata pihak perusahaan. 

Baca juga: Ekonom Ungkap 5 Penyebab PHK Meningkat 32 Persen Sepanjang Januari-Juni 2025

8. Estee Lauder - 7.000 pekerja

Produsen kosmetik global ini mengumumkan program "Profit Recovery and Growth Plan" dengan target penghematan mencapai Rp 12,4–15,5 triliun.

Program itu mencakup pemangkasan 5.800–7.000 pekerjaan.

9. Johns Hopkins University – 2.000 pekerja

Universitas ternama di AS ini melakukan PHK terbesar sepanjang sejarahnya, dengan lebih dari 2.000 posisi dihapus. Pemangkasan ini dipicu hilangnya pendanaan USAID senilai Rp12,4 triliun.

Seorang juru bicara universitas menegaskan, "Ini adalah hari yang sulit bagi seluruh komunitas kami."

10. Meta - 5 persen dari tenaga kerja

Meta melanjutkan tren pengurangan karyawan sejak 2022. Tahun ini, perusahaan memangkas 5 persen dari total staf, termasuk di divisi Facebook, Horizon VR, dan Reality Labs.

"Saya memutuskan untuk menaikkan standar dalam manajemen kinerja dan akan bergerak cepat untuk mengeluarkan pekerja dengan kinerja rendah," ujar CEO Mark Zuckerberg. 

Baca juga: Menaker Tahan Ungkap Data PHK Terbaru, Pengamat Khawatir Rawan Disinformasi

Apa artinya untuk pekerja?

Dilansir dari The Economic Times, Jumat, penyebab PHK global 2025 antara lain AI, efisiensi, merger, hingga restrukturisasi hadir bersamaan. 

Bagi pekerja, peta risikonya bergeser menjadi peran rutin makin rentan, sementara keahlian AI/analitik justru naik daun.

WEF memperkirakan dampak AI terhadap lapangan kerja tidak homogen: sebagian peran berkurang, sebagian meningkat. 

Karena itu, perusahaan teknologi yang melakukan PHK karena otomatisasi dan AI bisa saja tetap membuka lowongan di fungsi prioritas.

"Lingkungan tempat kita beroperasi saat ini menuntut pendekatan baru, terutama mengingat ukuran dan skala kita," ujar CEO Workday Carl Eschenbach.

Penjelasan tersebut merupakan pesan yang mencerminkan arah baru banyak organisasi.

Kesimpulannya, perusahaan yang melakukan PHK pada 2025 memperlihatkan dua pola yang akan terus berjalan paralel. 

Di tengah PHK besar di sektor energi, ritel, dan manufaktur tahun 2025, pekerja yang cepat mengakselerasi keterampilan digital atau AI berpeluang lebih siap menghadapi gelombang berikutnya.

Baca juga: Angka Kemiskinan Turun di Tengah Gelombang PHK, Apakah Data BPS Menggambarkan Realita?

 

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Kata Media Asing soal Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru, Singgung MBG dan Perlambatan Ekonomi
Kata Media Asing soal Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru, Singgung MBG dan Perlambatan Ekonomi
Tren
Kronologi Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal Saat Dampingi Kunjungan Kerja Pejabat
Kronologi Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal Saat Dampingi Kunjungan Kerja Pejabat
Tren
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru: Kata Istana hingga Ucapan Kontroversial
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru: Kata Istana hingga Ucapan Kontroversial
Tren
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Tren
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau