Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jemparingan, Olahraga Panahanan Khas Kerajaan Mataram

Kompas.com - 01/11/2023, 19:51 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Jemparingan merupakan olahraga panahan khas Kerajaan Mataram.

Olahraga jemparingan berasal dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang dikenal juga dengan jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta.

Di Keraton Yogyakarta, jemparingan masih dilakukan secara rutin.

Para pemanah menggunakan busana khas Jawa, yaitu kebaya dan batik untuk wanita. Sedangkan, peserta pria menggunakan surjan, kain batik, dan blankon.

Olahraga tersebut biasanya dilakukan di Alun-alun Kidul Yogyakarta.

Jemparingan

Sejarah Singkat Jemparingan

Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792), raja pertama Yogyakarta, mendorong para pengikut dan rakyatnya belajar memanah untuk membentuk watak kesatria.

Watak yang dimaksud memiliki empat nilai untuk menjadi pegangan rakyatnya, yaitu sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh.

Masing-masing nilai memiliki arti, yaitu sawiji berarti berkonsentrasi, greget berarti semangat, sengguh berarti percaya diri, dan ora mingkuh berarti bertanggung jawab.

Pada awalnya, permainan hanya dilakukan pada keluarga Kerajaan Mataram, sebagai perlombaan di kalangan prajurit kerajaan.

Baca juga: Sejarah Jemparingan, Olahraga Panahan yang Ada Sejak Sri Sultan HB I

Dalam perjalanan waktu, olahraga memanah semakin diminati dan dimainakn oleh kalangan rakyat biasa.

Filosofi Jemparingan Gaya Mataram

Tujuan jemparingan adalah membentuk watak, salah satunya sawiji.

Fokus panahan jemparingan terletak pada kemampuan pemanah membidik target dengan tepat.

Panahan jeparingan dilakukan dengan duduk bersila.

Proses membidik tidak dilakukan dengan mata melainkan memposisikan busur dihadapan perut sehingga bidikan dilakukan berdasarkan perasaan pemanah.

Para peserta lomba Jemparingan di Alun-alun Kidul, Kota Yogyakarta, Sabtu (20/7/2022)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Para peserta lomba Jemparingan di Alun-alun Kidul, Kota Yogyakarta, Sabtu (20/7/2022)

Gaya tersebut sejalan dengan filosofi jemparingan gaya Mataram, yaitu pamenthanging gandewa pamanthening cipta, yang berarti membentangkan busur sejalan dengan konsentrasi yang ditujukan pada sasaran bidik.

Halaman:


Terkini Lainnya
Yogyakarta Siapkan Kepwal Status Siaga Darurat Bencana Hadapi Puncak Musim Hujan
Yogyakarta Siapkan Kepwal Status Siaga Darurat Bencana Hadapi Puncak Musim Hujan
Yogyakarta
Warga Yogyakarta Temukan Mortir Diduga Peninggalan Perang Dunia II di Jetisharjo
Warga Yogyakarta Temukan Mortir Diduga Peninggalan Perang Dunia II di Jetisharjo
Yogyakarta
Kulon Progo Kembangkan Akses Utara Stasiun Wates, Bakal Terhubung dengan Alun-alun
Kulon Progo Kembangkan Akses Utara Stasiun Wates, Bakal Terhubung dengan Alun-alun
Yogyakarta
Pemda DIY Bakal Sewakan Rumah Dinas dan Lahan Kosong untuk Tambah PAD, Ini Beberapa Lokasinya
Pemda DIY Bakal Sewakan Rumah Dinas dan Lahan Kosong untuk Tambah PAD, Ini Beberapa Lokasinya
Yogyakarta
Jenazah Raja Keraton Solo PB XIII Bakal Diangkat Lewati 400 Anak Tangga di Makam Imogiri, Prosesi Wajib
Jenazah Raja Keraton Solo PB XIII Bakal Diangkat Lewati 400 Anak Tangga di Makam Imogiri, Prosesi Wajib
Yogyakarta
DIY Sedang Verifikasi Data 7.000 Penerima Bansos Terindikasi Judol, Terbukti Langsung Coret
DIY Sedang Verifikasi Data 7.000 Penerima Bansos Terindikasi Judol, Terbukti Langsung Coret
Yogyakarta
Keraton Yogyakarta Tak Bunyikan Gamelan 4 Hari, Bentuk Duka Wafatnya PB XIII
Keraton Yogyakarta Tak Bunyikan Gamelan 4 Hari, Bentuk Duka Wafatnya PB XIII
Yogyakarta
Gunung Merapi Terpantau Keluarkan Awan Panas hingga 2.500 Meter, Status Tetap Siaga
Gunung Merapi Terpantau Keluarkan Awan Panas hingga 2.500 Meter, Status Tetap Siaga
Yogyakarta
Persiapan Pemakaman PB XIII Hangabehi di Imogiri, Jenazah Raja Surakarta Dimakamkan Rabu
Persiapan Pemakaman PB XIII Hangabehi di Imogiri, Jenazah Raja Surakarta Dimakamkan Rabu
Yogyakarta
Kecelakaan Maut di Demak: 4 Orang Tewas dalam Adu Banteng Motor
Kecelakaan Maut di Demak: 4 Orang Tewas dalam Adu Banteng Motor
Yogyakarta
Hujan Deras dan Angin Kencang, Pohon hingga Tenda Drag Race di Gunungkidul Roboh
Hujan Deras dan Angin Kencang, Pohon hingga Tenda Drag Race di Gunungkidul Roboh
Yogyakarta
320 Hektare Kawasan Merapi Rusak akibat Tambang Ilegal, Kepala TNGM: Sudah Kami Larang, tapi Tak Mampu
320 Hektare Kawasan Merapi Rusak akibat Tambang Ilegal, Kepala TNGM: Sudah Kami Larang, tapi Tak Mampu
Yogyakarta
Bareskrim Usut 36 Titik Tambang Pasir Ilegal di Magelang, Omzet Tembus Rp 3 Triliun
Bareskrim Usut 36 Titik Tambang Pasir Ilegal di Magelang, Omzet Tembus Rp 3 Triliun
Yogyakarta
Jelang Natal dan Tahun Baru, KAI Daop 6 Yogyakarta Ganti Rel Sepanjang 7 Kilometer
Jelang Natal dan Tahun Baru, KAI Daop 6 Yogyakarta Ganti Rel Sepanjang 7 Kilometer
Yogyakarta
Dari Kridosono ke Malioboro, Kayuhan Warga Yogyakarta Rayakan Jumat Akhir Bulan di Tengah Hujan
Dari Kridosono ke Malioboro, Kayuhan Warga Yogyakarta Rayakan Jumat Akhir Bulan di Tengah Hujan
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau