YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Gunung Merapi pada Minggu (2/11/2025) kembali menunjukkan aktivitas vulkanik dengan mengeluarkan enam kali awan panas guguran dari pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Agus Budi Santoso, menyebutkan, teramati empat kali awan panas guguran pada periode pengamatan pukul 12.00–18.00 WIB.
“Teramati empat kali awan panas guguran ke arah Kali Krasak dengan estimasi jarak luncur maksimum 2.000 meter,” ujar Agus Budi Santoso dalam laporan aktivitas Gunung Merapi, Minggu (2/11/2025).
Data BPPTKG menunjukkan rincian awan panas guguran sebagai berikut:
Dua Awan Panas Guguran Terjadi Pagi Hari
Sebelumnya, antara pukul 06.00–12.00 WIB, Merapi juga terpantau mengeluarkan dua kali awan panas guguran, yakni pada pukul 11.04 WIB dengan estimasi jarak luncur 2.500 meter dan pada pukul 11.11 WIB dengan estimasi jarak luncur 2.000 meter.
Dengan demikian, sepanjang Minggu (2/11/2025), total terjadi enam kali awan panas guguran dari Gunung Merapi.
Hingga kini, BPPTKG masih menetapkan status aktivitas Gunung Merapi pada tingkat Siaga (Level III).
Agus Budi Santoso menjelaskan bahwa aktivitas Gunung Merapi saat ini masih tergolong fase erupsi efusif dan kejadian awan panas guguran tersebut masih wajar.
“Untuk aktivitas Merapi yang saat ini sedang erupsi ini masih tergolong wajar. Kejadian (awan panas guguran) seperti ini mungkin nggak sering, tapi pernah terjadi sesekali,” ujarnya saat dihubungi, Minggu (2/11/2025).
Menurutnya, fluktuasi aktivitas juga dipengaruhi oleh intensitas curah hujan tinggi di puncak Merapi.
“Biasanya dengan adanya guyuran air hujan yang cukup intensif itu juga mempengaruhi,” ucapnya.
Agus menambahkan bahwa tingginya curah hujan beberapa hari terakhir menjadi salah satu pemicu meningkatnya aktivitas Merapi.
“Iya itu salah satu faktornya,” ungkapnya.
BPPTKG memastikan bahwa jarak luncur awan panas guguran pada 2 November 2025 masih berada di dalam daerah potensi bahaya.
Potensi bahaya saat ini meliputi:
“Daerah potensi bahayanya itu di sungai-sungai, jadi semacam sektoral. Untuk Kali Krasak itu kan 7 kilo, jadi masih jauh ya. Kalau jarak APG (awan panas guguran) saat ini yang maksimal 2 kilo, itu masih jauh dari pemukiman dan masih di dalam daerah potensi bahaya yang telah ditetapkan,” jelas Agus.
Agus menegaskan bahwa aktivitas Merapi pada 2 November 2025 bersifat fluktuatif dan tidak menunjukkan peningkatan signifikan.
“Jadi aktivitas ini semacam fluktuasi dari erupsi Gunung Merapi yang saat ini, ditunjukan dari data seismik itu tidak menerus peningkatannya, tidak berlanjut. Ini hanya fluktuasi biasa saja dan yang terpenting jaraknya masih aman buat masyarakat beraktivitas,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang