YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan bahwa tidak akan ada pengiriman siswa nakal ke barak militer.
Dalam penjelasannya, Hasto menekankan pentingnya mencari penyebab utama dari perilaku anak sebelum mengambil tindakan.
"Saya diciptakan dengan mindset kausatif, penyebab utamanya itu apa, bukan simptomatis. Kalau ada orang panas, tidak saya langsung kasih paracetamol untuk menurunkan panasnya. Tapi saya cari penyebabnya," ujar Hasto, pada Kamis (5/6/2025).
Baca juga: Keluyuran Lewat Jam 9 Malam, Siswa di Jabar Terancam Masuk Barak Militer
Hasto mengungkapkan bahwa jika ada anak yang dianggap nakal, perlu dilakukan telaah mendalam mengenai penyebab perilaku tersebut.
Menurutnya, tindakan langsung mengirimkan anak ke barak militer dikhawatirkan hanya akan menjadi solusi sementara dan tidak mengatasi masalah yang mendasar.
"Kalau ditreatment simptomatis, dia disuruh sikap siap dan langsung tegap, tapi saya khawatir jika tidak disiapkan lagi (dikomando), dia bisa kembali seperti semula. Kecuali pendidikannya full di situ," jelas Hasto.
Baca juga: Tak Pilih Barak Militer, Eri Cahyadi Ungkap Kegiatan Anak Nakal di Asrama yang Dipuji KPAI
Lebih lanjut, Hasto menekankan pentingnya membangun karakter siswa dengan melibatkan tim khusus dan pendampingan.
Ia menyoroti bahwa karakter anak berbeda-beda dan sering kali terkait dengan masalah mental atau pengaruh dari lingkungan yang negatif.
Mantan Bupati Kulon Progo ini memberikan contoh mengenai anak yang mengalami depresi, yang dapat ditandai dengan kurangnya semangat hidup dan angan-angan bunuh diri.
Dalam kasus seperti ini, Hasto menekankan perlunya penanganan yang tepat.
Baca juga: DPRD Jabar: Pengasuhan Terbaik Bukan di Barak Militer
"Kalau diagnosanya ternyata depresif, lalu saya gembleng, itu hanya akan menambah depresi. Namun, jika anak tersebut mengalami depresi, sebaiknya dia dirujuk ke dokter jiwa dan psikolog. Pertama, diberi antidepresan lalu diurai masalahnya," jelasnya.
Hasto juga menambahkan bahwa ada kemungkinan anak memiliki sikap waham, yaitu kondisi di mana pikiran seseorang tidak dapat dikoreksi oleh orang lain.
"Dia merasa hebat sendiri, paling hebat, dan jika ada orang yang meremehkan, dia bisa memukul. Jika dipaksa untuk tidak berperilaku demikian (dengan pendidikan militer), penyakit wahamnya masih ada," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.