KOMPAS.com - Minuman berkafein, seperti kopi, teh, dan minuman energi, memang kerap dijadikan pilihan untuk mengusir kantuk dan meningkatkan fokus di malam hari.
Namun, studi terbaru dari Universitas Montreal mengungkap bahwa konsumsi kafein di malam hari dapat mengganggu aktivitas gelombang otak saat tidur dan memperlambat proses pemulihan otak semalaman, seperti yang dilansir dari Neuroscience News pada Kamis (29/5/2025).
Penelitian ini dipimpin oleh Philipp Thölke bersama tim dari Cognitive and Computational Neuroscience Laboratory (CoCo Lab) Universitas Montreal, dan kolaborasi dengan para peneliti dari Mila – Quebec AI Institute dan Centre for Advanced Research in Sleep Medicine.
Cara kafein mempengaruhi otak saat tidur
Tim peneliti merekam aktivitas otak 40 orang dewasa sehat menggunakan electroencephalogram (EEG) selama tidur malam.
Baca juga: Makanan dan Minuman Sumber Kafein yang Buruk Dikonsumsi Berlebihan
Masing-masing peserta menjalani dua malam pengamatan, satu malam setelah mengonsumsi kapsul kafein (200 mg) beberapa jam sebelum tidur, dan satu malam setelah diberikan plasebo.
Analisis yang memadukan statistik lanjutan dan kecerdasan buatan menunjukkan bahwa efek kafein membuat kompleksitas sinyal otak saat tidur meningkat.
Artinya, aktivitas neuron menjadi lebih dinamis dan kurang dapat diprediksi, terutama saat fase tidur non-rapid eye movement (NREM) yang penting untuk konsolidasi memori dan pemulihan kognitif.
Selain itu, kafein mengubah ritme gelombang otak, yaitu gelombang lambat, seperti theta dan alpha.
Gelombang tersebut, yang biasanya mendominasi tidur dalam dan restoratif, menjadi berkurang akibat efek kafein.
Sementara, gelombang beta yang berhubungan dengan kewaspadaan justru meningkat.
“Kafein merangsang otak dan mendorongnya ke keadaan criticality, di mana otak lebih terjaga dan reaktif,” terang Karim Jerbi, profesor psikologi dan wakil pemimpin penelitian.
Walaupun berguna di siang hari untuk konsentrasi, Jerbi mengatakan, kondisi tersebut bisa mengganggu istirahat malam, karena otak jadi tidak rileks dan tidak pulih dengan baik.
Baca juga: Apa Efek Kecanduan Kafein? Ini Ulasannya...
Penelitian ini juga mengungkap bahwa dampak kafein lebih terasa pada orang dewasa muda (20-27 tahun) dibandingkan kelompok usia paruh baya (41-58 tahun).
Hal ini diperkirakan terkait dengan kerapatan reseptor adenosin yang lebih tinggi di otak orang usia muda.
Adenosin adalah molekul yang menumpuk sepanjang hari dan menimbulkan rasa lelah.
Julie Carrier, profesor psikologi yang turut terlibat dalam penelitian menerangkan bahwa reseptor adenosin secara alami menurun seiring bertambahnya usia.
“Ini bisa menjelaskan mengapa otak muda lebih rentan terhadap stimulasi kafein saat malam,” ujarnya.
Dari penelitian ini, para peneliti menyimpulkan bahwa kafein yang sering digunakan sebagai stimulan untuk kuat begadang, bisa mengganggu efisiensi pemulihan otak selama tidur malam.
Hal itu berpotensi negatif pada pemrosesan memori dan fungsi kognitif.
Mengingat konsumsi kafein sangat luas di seluruh dunia, mereka mengungkapkan bahwa penting bagi masyarakat untuk memahami efek ini, terutama bagi mereka yang masih muda dan aktif mengonsumsinya.
Para peneliti menekankan perlunya studi lanjutan untuk memahami dampak perubahan gelombang otak akibat kafein terhadap kesehatan kognitif dan fungsi tubuh sehari-hari, sekaligus untuk menyusun rekomendasi konsumsi kafein yang lebih personal.
Baca juga: Apakah Anda Kecanduan Kafein? Ini Ciri-cirinya...
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini