Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Ahmad Yani, SH
Dosen

Dosen dan Mantan Anggota Komisi III DPR RI

Kilas Balik Hubungan Prabowo, PSI, dan Masyumi

Kompas.com - 26/10/2024, 08:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PRABOWO Subianto Sumitro Djojohadikusumo. Demikianlah nama lengkap Presiden Indonesia Terpilih 2024-2029. Nama besar keluarga Djojohadikusumo telah melegenda dalam bidang ekonomi dan politik.

Margono Djojohadikusumo dikenal sebagai ekonom dan Direktur Bank Indonesia pertama. Anaknya, Sumitro, merupakan ekonom dan politisi Indonesia yang terkenal dengan prestasinya.

Dari garis keturunan ini, lahir Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, dan keluarga besar intelektual, pengusaha dan politisi Indonesia.

Keluarga besar yang mampu melakukan kaderisasi politik dan ekonomi yang cukup gemilang. Meskipun dalam sejarahnya terdapat kontoversi dan pelbagai pujian.

Mereka telah mengisi sejarah republik ini dengan prestasi. Jejaknya tidak oportunis, melainkan menjadi "makers" dalam bidangnya. Karena mereka sebagai “play maker” dan dalam hal tertentu sebagai “king maker”, maka kontroversi tidak mungkin dapat dihindari.

Sumitro Djojohadikusumo sebagai politisi Partai Sosialis Indonesia (PSI), pernah ikut terlibat dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Dari PRRI itulah Prof. Sumitro menjadi lebih dekat lagi dengan pemimpin politik dari Masyumi.

Kedekatan itu pula yang membuat mereka sama-sama masuk hutan dan bergerilya ke pedalaman Sumatera karena keadaan Jakarta yang tidak memberikan keamanan kepada mereka – seperti ancaman dan teror yang dilakukan oleh PKI.

Ketika berdiri pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia-PRRI (1958-1961), Masyumi dan PSI adalah dua partai yang konsisten melakukan perlawanan politik terhadap kebijakan Pusat, yang menurut mereka sangat jawa-sentris dan sangat mesra dengan PKI.

Dalam perjuangan untuk mewujudkan desentralisasi dengan PRRI itu, Prof. Sumitro diberi tugas untuk melakukan upaya keluar negeri dengan menggalakkan dukungan moril maupun materil untuk PRRI di luar negeri.

Sementara tokoh-tokoh Masyumi yang diwakili oleh Sjafruddin Prawiranegara, Natsir dkk bersama tokoh-tokoh militer daerah melakukan perjuangan dalam negeri.

PRRI merupakan aspirasi perwira menengah dan tokoh-tokoh politik Indonesia yang tidak puas dengan kebijakan Bung Karno. Ketidakpuasan itu melipatgandakan kekecewaan di daerah-daerah.

Ketidakpuasan itu mendorong Kolonel Ahmad Husein pada 20 Desember 1956, mengambil alih pemerintah sipil di Sumatera Tengah.

Disusul Kolonel Simbolon melakukan tindakan serupa di Sumatera Utara, ia mengambil alih kekuasaan sipil dan menyatakan keadaan darurat berlaku di seluruh wilayahnya.

Dua hari kemudian, Barlian melakukan kontrol politis terhadap pemerintah sipil di Sumatera Selatan. Pada 15 Januari 1957, Barlian dan Alamsjah membentuk Dewan Garuda, yang praksis berkuasa di Sumatera Selatan.

Tindakan serupa juga terjadi di Sulawesi. Tokoh-tokoh Militer seperti Vantje Sumual, D. Somba, Saleh Lahade dan lain-lain segera membentuk dewan-dewan serupa di Sulawesi.

Pada 2 Maret 1957, Saleh Lahade membacakan Piagam Perjuangan Semesta, yang mengandung tuntutan kepada pusat, dan kejadian ini adalah awal berdirinya Permesta.

Sebelumnya, pada 1 Desember 1956, Wakil Presiden Moh. Hatta mengundurkan diri karena perbedaan pandangan dengan Soekarno yang lebih mesra dengan komunis.

Pengunduran diri Hatta ini melipatgandakan ketidakpuasan daerah-daerah kepada pusat. Banyak orang di luar Jawa, terutama Sumatera menganggap sosok Hatta sebagai wakil mereka.

Aksi saling tuduh menuduh dalam diri militer tentang “antek Jawa” pun muncul seperti tuduhan Simbolon dan Zulkifli Lubis kepada Jenderal Nasution yang menjadi “antek” Soekarno dan Ali Sostromidjojo.

Ketidakpuasan inilah yang akhirnya melahirkan pertemuan perwira di Sumatera dan melahirkan Dewan Banteng pada 20-24 November 1956.

Pada 9 Januari 1957, Masyumi menarik menterinya dari Kabinet karena perbedaan pandangan dengan Soekarno.

Dalam situasi politik yang suram, di Padang diadakan pertemuan tokoh-tokoh sipil dan militer. Pada 10 Februari 1958, para tokoh itu membentuk Dewan Perjuangan.

Dewan Perjuangan mengeluarkan ultimatum kepada pusat untuk segera mengindahkan tuntutan dalam waktu lima hari setelah dibacakan oleh Ketua Dewan Perjuangan Kolonel Ahmad Husein melalui RRI Padang.

Inti ultimatum mereka, dalam waktu lima hari, Perdana Menteri Djuanda mengembalikan mandat kepada presiden, dan dibentuk kabinet baru di bawah Hatta dan Hamengkubuwono IX, sebagai tokoh yang dapat diterima oleh semua pihak.

Kemudian meminta kepada Presiden Soekarno untuk menaati Konstitusi, baik dalam kata maupun perbuatan.

Apabila tuntutan itu tidak diindahkan, maka mereka berhak untuk tidak taat kepada Presiden Soekarno, dan itu menjadi tanggungjawab Soekarno sendiri. Setelah 5 hari pembacaan ultimatum Dewan Perjuangan berdirilah PRRI.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pemerintah Sebut Tambang Nikel Pulau Kawei Raja Ampat Melebihi Batas
Pemerintah Sebut Tambang Nikel Pulau Kawei Raja Ampat Melebihi Batas
Nasional
Menteri LH: Izin Lingkungan Tambang Raja Ampat Diterbitkan Bupati pada 2006
Menteri LH: Izin Lingkungan Tambang Raja Ampat Diterbitkan Bupati pada 2006
Nasional
Pemerintah Perkarakan Pencemaran Pulau Manuran Raja Ampat ke Ranah Hukum
Pemerintah Perkarakan Pencemaran Pulau Manuran Raja Ampat ke Ranah Hukum
Nasional
Anggota DPR Sebut Tambang Ilegal Papua Dibekingi Aparat, TNI: Laporkan!
Anggota DPR Sebut Tambang Ilegal Papua Dibekingi Aparat, TNI: Laporkan!
Nasional
Sejumlah Jemaah Haji RI Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf
Sejumlah Jemaah Haji RI Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf
Nasional
Penulis Ulang Sejarah RI: Tone Positif Tak Berarti Gelapkan Hal Jelek
Penulis Ulang Sejarah RI: Tone Positif Tak Berarti Gelapkan Hal Jelek
Nasional
Urus Udara Jakarta yang Memprihatinkan, Menteri LH Belum ke Raja Ampat
Urus Udara Jakarta yang Memprihatinkan, Menteri LH Belum ke Raja Ampat
Nasional
Dukung Penutupan Tambang Nikel di Raja Ampat, Lamhot Sinaga: Keindahan Alam dan Kekayaan Hayati Harus Dilestarikan
Dukung Penutupan Tambang Nikel di Raja Ampat, Lamhot Sinaga: Keindahan Alam dan Kekayaan Hayati Harus Dilestarikan
Nasional
Eks Kepala PPATK Salut Djaka Budi Utama Terima Jabatan Dirjen Bea Cukai
Eks Kepala PPATK Salut Djaka Budi Utama Terima Jabatan Dirjen Bea Cukai
Nasional
Menteri LH Perlihatkan Foto Tambang di Raja Ampat, Begini Kondisinya
Menteri LH Perlihatkan Foto Tambang di Raja Ampat, Begini Kondisinya
Nasional
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Nasional
Perusahaan Fashion Irlandia Gugat Merk “Primark” Milik Warga Gambir
Perusahaan Fashion Irlandia Gugat Merk “Primark” Milik Warga Gambir
Nasional
Letak Pulau Gag di Raja Ampat yang Disorot karena Tambang Nikel
Letak Pulau Gag di Raja Ampat yang Disorot karena Tambang Nikel
Nasional
Pemerintah Tinjau Kembali Persetujuan Lingkungan 4 Tambang di Raja Ampat
Pemerintah Tinjau Kembali Persetujuan Lingkungan 4 Tambang di Raja Ampat
Nasional
Eks Kepala PPATK Ungkap Penyelundup Punya Beking 'Bintang-bintang'
Eks Kepala PPATK Ungkap Penyelundup Punya Beking "Bintang-bintang"
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau