Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
WT. Daniealdi
Dosen UNIKOM Bandung

Pemerhati masalah politik, pertahanan-keamanan, dan hubungan internasional. Dosen Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung.

Menanti Sikap Indonesia di Tengah Pergeseran Kekuatan Nuklir Dunia

Kompas.com - 12/11/2024, 05:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI TENGAH dinamika global yang semakin kompleks, strategi baru Amerika Serikat terkait pencegahan ancaman nuklir dari China, Rusia, dan Korea Utara menjadi isu sentral yang perlu mendapat perhatian khusus.

Tanda tangan Presiden Joe Biden pada Maret lalu, menegaskan perubahan arah kebijakan AS dalam menghadapi potensi ancaman dari negara-negara yang mengembangkan senjata nuklir dengan pesat.

Pertanyaannya adalah, bagaimana seharusnya Indonesia bersikap di tengah ketegangan global yang semakin meningkat ini?

Secara historis, perkembangan senjata nuklir bermula dari Perang Dunia II, ketika AS menggunakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Dampak kehancuran massal yang ditimbulkan kedua bom tersebut memicu perlombaan senjata nuklir di era Perang Dingin.

Blok Barat, yang dipimpin oleh AS, dan Blok Timur dengan Uni Soviet sebagai kekuatan utama, saling berlomba menambah jumlah dan kecanggihan hulu ledak nuklir mereka. Akibatnya, dunia berada dalam ketegangan yang konstan selama beberapa dekade.

Di sisi lain, China mulai mengembangkan program senjata nuklirnya pada Oktober 1964. Selama beberapa dekade, perkembangan ini berjalan relatif lambat.

Namun, di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, modernisasi militer China, termasuk peningkatan jumlah senjata nuklir, berlangsung sangat pesat.

Xi berhasil meningkatkan jumlah hulu ledak China menjadi sekitar 500 unit saat ini, jauh meningkat dibandingkan era awal kepemimpinannya pada 2012 yang hanya sekitar 60 rudal antarbenua.

Menurut prediksi, China akan mencapai sekitar 1.500 hulu ledak pada 2030, sejajar dengan kekuatan nuklir AS dan Rusia (Kaplan, 2023).

Strategi nuklir AS, yang kini menaruh perhatian besar pada kemungkinan ancaman gabungan dari China, Rusia, dan Korea Utara, dapat dianalisis melalui perspektif neo-realisme dalam hubungan internasional.

Neo-realisme menekankan bahwa negara-negara bertindak untuk memaksimalkan kekuatan dan keamanan mereka dalam sistem internasional yang anarki.

Dalam konteks ini, langkah AS dapat dipahami sebagai upaya mempertahankan keseimbangan kekuatan global (Waltz, 1979).

Kebijakan AS yang menyoroti potensi kolaborasi trilateral antara China, Rusia, dan Korea Utara menunjukkan adanya kekhawatiran tentang perubahan struktur kekuatan internasional.

Hubungan erat antara ketiga negara tersebut, yang terlihat dari kerja sama militer dan diplomatik, mengancam posisi AS dan sekutunya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Tambang Nikel di Pulau Batang Pele Raja Ampat Ada di Hutan Lindung
Tambang Nikel di Pulau Batang Pele Raja Ampat Ada di Hutan Lindung
Nasional
Pemerintah Sebut Tambang Nikel Pulau Kawei Raja Ampat Melebihi Batas
Pemerintah Sebut Tambang Nikel Pulau Kawei Raja Ampat Melebihi Batas
Nasional
Menteri LH: Izin Lingkungan Tambang Raja Ampat Diterbitkan Bupati pada 2006
Menteri LH: Izin Lingkungan Tambang Raja Ampat Diterbitkan Bupati pada 2006
Nasional
Pemerintah Perkarakan Pencemaran Pulau Manuran Raja Ampat ke Ranah Hukum
Pemerintah Perkarakan Pencemaran Pulau Manuran Raja Ampat ke Ranah Hukum
Nasional
Anggota DPR Sebut Tambang Ilegal Papua Dibekingi Aparat, TNI: Laporkan!
Anggota DPR Sebut Tambang Ilegal Papua Dibekingi Aparat, TNI: Laporkan!
Nasional
Sejumlah Jemaah Haji RI Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf
Sejumlah Jemaah Haji RI Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf
Nasional
Penulis Ulang Sejarah RI: Tone Positif Tak Berarti Gelapkan Hal Jelek
Penulis Ulang Sejarah RI: Tone Positif Tak Berarti Gelapkan Hal Jelek
Nasional
Urus Udara Jakarta yang Memprihatinkan, Menteri LH Belum ke Raja Ampat
Urus Udara Jakarta yang Memprihatinkan, Menteri LH Belum ke Raja Ampat
Nasional
Dukung Penutupan Tambang Nikel di Raja Ampat, Lamhot Sinaga: Keindahan Alam dan Kekayaan Hayati Harus Dilestarikan
Dukung Penutupan Tambang Nikel di Raja Ampat, Lamhot Sinaga: Keindahan Alam dan Kekayaan Hayati Harus Dilestarikan
Nasional
Eks Kepala PPATK Salut Djaka Budi Utama Terima Jabatan Dirjen Bea Cukai
Eks Kepala PPATK Salut Djaka Budi Utama Terima Jabatan Dirjen Bea Cukai
Nasional
Menteri LH Perlihatkan Foto Tambang di Raja Ampat, Begini Kondisinya
Menteri LH Perlihatkan Foto Tambang di Raja Ampat, Begini Kondisinya
Nasional
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Nasional
Perusahaan Fashion Irlandia Gugat Merk “Primark” Milik Warga Gambir
Perusahaan Fashion Irlandia Gugat Merk “Primark” Milik Warga Gambir
Nasional
Letak Pulau Gag di Raja Ampat yang Disorot karena Tambang Nikel
Letak Pulau Gag di Raja Ampat yang Disorot karena Tambang Nikel
Nasional
Pemerintah Tinjau Kembali Persetujuan Lingkungan 4 Tambang di Raja Ampat
Pemerintah Tinjau Kembali Persetujuan Lingkungan 4 Tambang di Raja Ampat
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau