Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ija Suntana
Dosen

Pengajar pada Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Pemimpin Penghibur dan Pengatur

Kompas.com - 19/05/2025, 05:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI ERA yang kian riuh oleh gegap gempita media sosial, ada kerinduan yang kuat di masyarakat pada pemimpin yang bukan hanya memimpin, tetapi juga menghadirkan rasa terhibur.

Pemimpin semacam ini tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga harus memesona dalam kamera.

Masyarakat saat ini menginginkan pemimpin yang bisa membuat mereka tertawa. Mereka tidak sekadar ingin tahu apa yang telah dilakukan pemimpinnya, tetapi ingin tahu juga bagaimana ia melakukannya.

Masyarakat di era ini tidak bodoh, tapi mereka hanya bosan. Bosan dengan formalitas kosong. Bosan dengan janji-janji yang tak bernyawa. Mereka ingin pemimpin yang hadir seperti tokoh dalam dongeng, tapi tetap bekerja.

Masyarakat butuh pemimpin yang bisa menjelma dalam dua wujud, yaitu sosok biasa yang bisa tertawa bersama dan teknokrat yang mampu membuat keputusan untuk bangsa. Untuk hal ini seorang populis yang menghibur dan mampu mengatur akan sangat dielu-elukan.

Menghibur masyarakat bukan pengalihan, tetapi pendekatan cara memimpin. Masyarakat butuh pemimpin yang tahu bahwa mereka tak hanya ingin diselamatkan, tapi juga ingin merasa hidup dalam cerita yang layak dijadikan kenangan dan “dimedsoskan.”

Baca juga: APBD Jakarta dan Imajinasi Populis ala Dedi Mulyadi

Pemimpin penghibur seperti itu tak akan lahir dari kepura-puraan. Ia tumbuh dari pertemuan antara jiwa yang mengakar pada rakyat dan visi membuat sesuatu untuk mereka.

Ia tahu betul bahwa rasa terhibur yang tulus bukan berasal dari tingkah gimik, melainkan dari laku yang autentik.

Masyarakat ingin menonton seorang pemimpin berjalan menyusuri gang sempit, menyapa orang kecil dalam sorotan kamera.

Ingin juga mereka melihat pemimpinnya duduk di tengah sawah bercengkrama dengan petani, tapi malam harinya dia berdiskusi dengan cendekia untuk tata kelola.

Namun, jangan salah duga bahwa masyarakat bukan butuh penghibur yang meninabobokan, tetapi butuh yang membangunkan. Bukan pemimpin yang merangkul untuk memeluk diam, tetapi untuk menggerakkan.

Silakan sang penghibur bekerja dalam sorotan kamera. Biarkan rakyat melihat wajahnya, mendengar suaranya, menyaksikan tubuhnya hadir di tengah kerumunan.

Di zaman ini, sorotan kamera adalah jendela tempat rakyat mengintip siapa yang sedang mereka percayai. Kamera saat ini telah menjadi saksi baru dalam ritual kenegaraan kita.

Namun, jangan lupa bahwa pekerjaan itu bukan hanya apa yang ditampilkan ke masyarakat, tetapi apa yang dilakukannya saat mereka tak melihat. Ia boleh jadi memesona di layar kaca, tapi di luar bingkai itulah tangisan ibu miskin dan keluh buruh harian perhatikan.

Juga, tak boleh dilupakan juga bahwa di balik ingar bingar sorot kamera ada benang kusut birokrasi yang harus dibenahi di ruangan kantornya. Ada tumpukan berkas bantuan yang belum cair. Ada birokratnya yang lamban bekerja.

Halaman:


Terkini Lainnya
Tambang Nikel di Pulau Batang Pele Raja Ampat Ada di Hutan Lindung
Tambang Nikel di Pulau Batang Pele Raja Ampat Ada di Hutan Lindung
Nasional
Pemerintah Sebut Tambang Nikel Pulau Kawei Raja Ampat Melebihi Batas
Pemerintah Sebut Tambang Nikel Pulau Kawei Raja Ampat Melebihi Batas
Nasional
Menteri LH: Izin Lingkungan Tambang Raja Ampat Diterbitkan Bupati pada 2006
Menteri LH: Izin Lingkungan Tambang Raja Ampat Diterbitkan Bupati pada 2006
Nasional
Pemerintah Perkarakan Pencemaran Pulau Manuran Raja Ampat ke Ranah Hukum
Pemerintah Perkarakan Pencemaran Pulau Manuran Raja Ampat ke Ranah Hukum
Nasional
Anggota DPR Sebut Tambang Ilegal Papua Dibekingi Aparat, TNI: Laporkan!
Anggota DPR Sebut Tambang Ilegal Papua Dibekingi Aparat, TNI: Laporkan!
Nasional
Sejumlah Jemaah Haji RI Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf
Sejumlah Jemaah Haji RI Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf
Nasional
Penulis Ulang Sejarah RI: Tone Positif Tak Berarti Gelapkan Hal Jelek
Penulis Ulang Sejarah RI: Tone Positif Tak Berarti Gelapkan Hal Jelek
Nasional
Urus Udara Jakarta yang Memprihatinkan, Menteri LH Belum ke Raja Ampat
Urus Udara Jakarta yang Memprihatinkan, Menteri LH Belum ke Raja Ampat
Nasional
Dukung Penutupan Tambang Nikel di Raja Ampat, Lamhot Sinaga: Keindahan Alam dan Kekayaan Hayati Harus Dilestarikan
Dukung Penutupan Tambang Nikel di Raja Ampat, Lamhot Sinaga: Keindahan Alam dan Kekayaan Hayati Harus Dilestarikan
Nasional
Eks Kepala PPATK Salut Djaka Budi Utama Terima Jabatan Dirjen Bea Cukai
Eks Kepala PPATK Salut Djaka Budi Utama Terima Jabatan Dirjen Bea Cukai
Nasional
Menteri LH Perlihatkan Foto Tambang di Raja Ampat, Begini Kondisinya
Menteri LH Perlihatkan Foto Tambang di Raja Ampat, Begini Kondisinya
Nasional
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Nasional
Perusahaan Fashion Irlandia Gugat Merk “Primark” Milik Warga Gambir
Perusahaan Fashion Irlandia Gugat Merk “Primark” Milik Warga Gambir
Nasional
Letak Pulau Gag di Raja Ampat yang Disorot karena Tambang Nikel
Letak Pulau Gag di Raja Ampat yang Disorot karena Tambang Nikel
Nasional
Pemerintah Tinjau Kembali Persetujuan Lingkungan 4 Tambang di Raja Ampat
Pemerintah Tinjau Kembali Persetujuan Lingkungan 4 Tambang di Raja Ampat
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau