Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hendro Muhaimin
Koordinator Pendidikan dan Pelatihan Pusat Studi Pancasila UGM

Bertugas sebagai Koordinator Pendidikan dan Pelatihan Pusat Studi Pancasila UGM dan Direktur Eksekutif Sinergi Bangsa

Pancasila dan Paradoks Kewargaan

Kompas.com - 01/06/2025, 07:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERINGATAN Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2025, bukan hanya menjadi momen mengenang sejarah kelahiran dasar negara.

Lebih dari itu, harus dijadikan ruang reflektif kolektif untuk menegaskan kembali Pancasila sebagai rumah pengetahuan bagi warga dan kerangka berpikir bangsa Indonesia dalam menghadapi realitas global.

Dalam peta dinamika global terkini, kita menyaksikan fenomena menarik terkait kondisi kewargaan di Indonesia yang terkesan paradoksal.

Di satu sisi, Indonesia dinobatkan sebagai negara paling sejahtera di dunia menurut studi Global Flourishing Study (GFS) yang dilakukan oleh Universitas Harvard, Universitas Baylor, dan Gallup.

Baca juga: Paradoks Bahagia: Indonesia dan Peta Baru Kesejahteraan Dunia

Studi tersebut mendefinisikan flourishing sebagai kondisi sejahtera yang mencakup kebahagiaan, kesehatan fisik-mental, makna hidup, karakter, dan hubungan sosial.

Pencapaian ini cukup mengejutkan, mengingat posisi Indonesia mengungguli banyak negara maju yang selama ini dianggap memiliki standar hidup lebih tinggi.

Namun, di sisi lain, laporan Bank Dunia melalui Macro Poverty Outlook menyebutkan bahwa 171,8 juta penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan angka itu, berarti lebih dari 60,3 persen penduduk Indonesia hidup miskin.

Paradoks antara capaian kesejahteraan versi Global Flourishing Study dan kenyataan kemiskinan struktural yang dilaporkan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa kita hidup dalam realitas yang terbelah antara narasi dan fakta, antara potensi dan implementasi.

Meminjam istilah Johannes Jaeger melalui An Epistemology for Democratic Citizen Science, upaya untuk mendiversifikasi paradoks ini perlu suatu gerakan yang disebut sains warga yang demokratis (democratic citizen science), yang dapat menjadi model bagi penyelidikan ilmiah secara umum.

Sayangnya, pandangan kita tentang sains saat ini masih dibayangi oleh gagasan usang tentang produksi pengetahuan ilmiah yang didasarkan pada sistem riset dengan obsesi berlebihan terhadap efisiensi jangka pendek.

Apa yang ditawarkan oleh studi flourishing sejatinya memperkuat validitas dan relevansi Pancasila dalam konteks global saat ini.

Di tengah realitas dunia yang mengalami disorientasi nilai, krisis ekologis, kesenjangan sosial, dan kehampaan makna hidup, Pancasila hadir sebagai tawaran filosofis yang bersifat holistik, bukan hanya etis, tetapi juga epistemologis.

Paradigma Pancasila

Dalam lintasan sejarahnya, dinamika kebangsaan Indonesia telah mengalami pasang surut interpretasi, seiring dengan berbagai tantangan zaman yang memengaruhi identitas serta arah peradaban bangsa.

Sebagai bangsa yang hidup dalam keberagaman budaya, etnis, dan agama, Indonesia menghadapi kompleksitas sosial yang luar biasa.

Namun, keberagaman ini bukan penghalang, melainkan fondasi untuk membangun masyarakat yang inklusif dan bermartabat.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pemerintah Sebut Tambang Nikel Pulau Kawei Raja Ampat Melebihi Batas
Pemerintah Sebut Tambang Nikel Pulau Kawei Raja Ampat Melebihi Batas
Nasional
Menteri LH: Izin Lingkungan Tambang Raja Ampat Diterbitkan Bupati pada 2006
Menteri LH: Izin Lingkungan Tambang Raja Ampat Diterbitkan Bupati pada 2006
Nasional
Pemerintah Perkarakan Pencemaran Pulau Manuran Raja Ampat ke Ranah Hukum
Pemerintah Perkarakan Pencemaran Pulau Manuran Raja Ampat ke Ranah Hukum
Nasional
Anggota DPR Sebut Tambang Ilegal Papua Dibekingi Aparat, TNI: Laporkan!
Anggota DPR Sebut Tambang Ilegal Papua Dibekingi Aparat, TNI: Laporkan!
Nasional
Sejumlah Jemaah Haji RI Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf
Sejumlah Jemaah Haji RI Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf
Nasional
Penulis Ulang Sejarah RI: Tone Positif Tak Berarti Gelapkan Hal Jelek
Penulis Ulang Sejarah RI: Tone Positif Tak Berarti Gelapkan Hal Jelek
Nasional
Urus Udara Jakarta yang Memprihatinkan, Menteri LH Belum ke Raja Ampat
Urus Udara Jakarta yang Memprihatinkan, Menteri LH Belum ke Raja Ampat
Nasional
Dukung Penutupan Tambang Nikel di Raja Ampat, Lamhot Sinaga: Keindahan Alam dan Kekayaan Hayati Harus Dilestarikan
Dukung Penutupan Tambang Nikel di Raja Ampat, Lamhot Sinaga: Keindahan Alam dan Kekayaan Hayati Harus Dilestarikan
Nasional
Eks Kepala PPATK Salut Djaka Budi Utama Terima Jabatan Dirjen Bea Cukai
Eks Kepala PPATK Salut Djaka Budi Utama Terima Jabatan Dirjen Bea Cukai
Nasional
Menteri LH Perlihatkan Foto Tambang di Raja Ampat, Begini Kondisinya
Menteri LH Perlihatkan Foto Tambang di Raja Ampat, Begini Kondisinya
Nasional
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Nasional
Perusahaan Fashion Irlandia Gugat Merk “Primark” Milik Warga Gambir
Perusahaan Fashion Irlandia Gugat Merk “Primark” Milik Warga Gambir
Nasional
Letak Pulau Gag di Raja Ampat yang Disorot karena Tambang Nikel
Letak Pulau Gag di Raja Ampat yang Disorot karena Tambang Nikel
Nasional
Pemerintah Tinjau Kembali Persetujuan Lingkungan 4 Tambang di Raja Ampat
Pemerintah Tinjau Kembali Persetujuan Lingkungan 4 Tambang di Raja Ampat
Nasional
Eks Kepala PPATK Ungkap Penyelundup Punya Beking 'Bintang-bintang'
Eks Kepala PPATK Ungkap Penyelundup Punya Beking "Bintang-bintang"
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau