JAKARTA, KOMPAS.com – Salah satu tantangan utama mobil listrik bekas adalah bersaing dengan model baru yang sudah dilengkapi fitur pengisian cepat (fast charging).
Mobil listrik generasi awal umumnya hanya mendukung pengisian daya biasa, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengisi baterai lebih lama.
Kondisi ini membuat sebagian konsumen ragu untuk membeli model lama di pasar mobil bekas.
Baca juga: Daihatsu Rocky Limited Edition: Langka, Sporty, dan Habis Terjual
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, mengatakan produsen perlu mencari cara agar model lama tetap relevan dan menarik.
Salah satu solusinya adalah dengan memberikan opsi retrofit teknologi fast charging pada kendaraan yang belum memiliki fitur tersebut.
“Dengan adanya opsi upgrade ini, pemilik mobil listrik lama tidak perlu menjual kendaraannya dengan harga terlalu rendah hanya karena fitur fast charging tidak tersedia. Konsumen juga akan merasa lebih percaya diri membeli mobil bekas karena teknologinya sudah mengikuti standar terkini,” ujar Yannes kepada Kompas.com, Jumat (15/8/2025).
Menurutnya, langkah retrofit ini tidak hanya membantu mempertahankan nilai jual kembali, tetapi juga memperluas segmen pasar mobil listrik bekas.
Konsumen yang tadinya mengincar model baru bisa mempertimbangkan model lama yang sudah di-upgrade, apalagi jika harganya lebih terjangkau.
Selain itu, Yannes menilai program retrofit akan efektif jika dibarengi dengan edukasi konsumen tentang manfaat mobil listrik, termasuk biaya operasional yang rendah dan keuntungan menembus aturan ganjil-genap di Jakarta.
Baca juga: Daihatsu Rocky Limited Edition: Langka, Sporty, dan Habis Terjual
“Jika teknologi dan pengetahuan konsumen sama-sama ditingkatkan, pasar mobil listrik bekas di Indonesia bisa tumbuh lebih sehat,” katanya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini