BUKITTINGGI, KOMPAS.com - Jam Gadang dikenal sebagai ikon wisata Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Belum lengkap rasanya bila tidak mampir ke tempat ini saat melancong ke sana.
Wisatawan umumnya berfoto di halaman berlatar Jam Gadang. Dari kejauhan, "jam besar" ini tampak megah dengan cat dinding putih dan total enam lantai bangunan.
Lantas, apakah wisatawan boleh masuk dan naik ke puncak Jam Gadang?
Baca juga: Cara ke Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta, Jalan Kaki dari Jam Gadang
Meski dikenal sebagai tempat wisata populer, sayangnya akses masuk Jam Gadang saat ini terbatas.
"Kalau buat sekarang, izin (masuk ke Jam Gadang) hanya dikeluarkan untuk tamu resmi. Tamu-tamu reguler enggak diizinkan," kata petugas jaga Jam Gadang Rahmat Fikri Julian saat ditemui Kompas.com di tengah kunjungan Familiarization Trip Kementerian Pariwisata RI bersama Travel Agent Malaysia ke Sumatera Barat, Senin (27/10/2025).
Fikri menuturkan, salah satu alasan kunjungan ke puncak Jam Gadang ditutup untuk umum adalah kondisi bangunannya yang sudah tua.
Jam Gadang konon merupakan hadiah dari Ratu Belanda dan selesai dibangun pada 1926 oleh arsitek Yazid Rajo Mangkuto dan Rasid Sutan Gigi Ameh.
Alih-alih penyangga besi, pembangunan Jam Gadang justru dibuat mengandalkan campuran bahan putih telur, kapur, dan pasir putih sehingga tidak cukup kuat menampung beban banyak wisatawan di dalam puncak.
Baca juga: 5 Wisata Gratis di Bukittingi, Main di Jam Gadang
Tamu-tamu resmi seperti perwakilan negara maupun kementerian, dibolehkan naik ke puncak Jam Gadang berdasarkan izin dari Kepala Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi.
Operasional Jam Gadang berlangsung pukul 07.00-22.00 WIB. Tamu dengan izin resmi boleh datang kapan saja sesuai perjanjian, tanpa batas durasi.
Pemandangan Kota Bukittinggi dari puncak Jam Gadang, Sumatera Barat pada Senin (27/10/2025).Meski begitu, tamu resmi harus bergantian naik ke puncak Jam Gadang demi menjaga kelestarian bangunannya.
"Naik tangga ke puncaknya kan curam ya, turunnya pun susah. Mesti satu-satu kalau naik dan bergantian turun," jelas pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) sekaligus Ketua Bidang SDM HPI Sumatera Barat, Soni Erizon, dalam kesempatan yang sama.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang