Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat! Pameran "Kisah dari Palmerah" di Bentara Budaya Jakarta Sampai 8 November

Kompas.com - 31/10/2025, 13:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

KOMPAS.com - Pameran seni rupa bertajuk “Kisah dari Palmerah” digelar mulai 29 Oktober sampai 8 November di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat.

Dalam keterangan resmi yang diterima, pameran ini menghadirkan karya-karya dari 44 perupa Kompas Gramedia, baik yang masih aktif berkarya maupun yang telah purna tugas.

Mereka datang dari berbagai bidang profesi termasuk redaksi, desain, ilustrasi, hingga percetakan yang semuanya memiliki kedekatan batin dengan dunia seni rupa.

Adapun para perupa yaitu Adinto F. Susanto, Agus Salim, Agus Sutedja, Alf. Yogi S., Aries Tanjung, Barlin Srikaton, Bima M., Bowo Budi Setyo, Candra Rakhmasari, Cosmas Y., Damianus Sunu Wibowo dan Darmoro S.

Selanjutnya, Didie SW, Febrina Tiara R.D., Firdaus Husaini, Harifin Rustanto, Helman Taofani, Hermanu, Hilmi Faiq, Ignatius Purnama Adi, Ika W. Burhan, Ilham Khoiri, Jitet Koestana, Keliek D.K., M. Hady Santoso, Muhammad Nasir, Nana Wildiana dan Nawa Tunggal.

Baca juga: Makna Pameran Kartun Mice di Bentara Budaya, Kritik Sosial Tak Harus Kasar

Kemudian, Nunk, Pandu L.P., Patar Butarbutar, Putu Fajar Arcana, Rachmat Riyadi, Rahardi Handining, Rianto Karman, S. Suryolelono, Setianto Riyadi, Steve Clement, Susi Liu, Thomdean, Wandi S. Brata, Wedha Abdul Rasyid, Wiediantoro dan Yogi Wistyo.

Bagi keluarga besar Kompas Gramedia (KG), Palmerah bukan sekadar alamat kantor. Ia adalah ruang hidup, tempat gagasan tumbuh, persahabatan bersemi, dan semangat kemanusiaan dijaga melalui kerja-kerja sehari-hari.

Para peserta menafsirkan ulang pengalaman dan kenangan mereka selama berkarya di Palmerah, memvisualisasikan semangat kerja, nilai kemanusiaan, serta refleksi atas perjalanan panjang 62 tahun Kompas Gramedia dan 60 tahun Harian Kompas.

Seni sebagai Cermin Nilai

 Pameran seni rupa bertajuk ?Kisah dari Palmerah? digelar mulai 29 Oktober sampai 8 November di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat. Dalam keterangan resmi yang diterima, pameran ini menghadirkan karya-karya dari 44 perupa Kompas Gramedia, baik yang masih aktif berkarya maupun yang telah purna tugas. Dok. Bentara Budaya Jakarta Pameran seni rupa bertajuk ?Kisah dari Palmerah? digelar mulai 29 Oktober sampai 8 November di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat. Dalam keterangan resmi yang diterima, pameran ini menghadirkan karya-karya dari 44 perupa Kompas Gramedia, baik yang masih aktif berkarya maupun yang telah purna tugas.
Di bawah kurasi Frans Sartono dan Efix Mulyadi, pameran "Kisah dari Palmerah" tidak sekadar ruang nostalgia, melainkan refleksi kolektif atas nilai-nilai yang menjiwai perjalanan Kompas Gramedia.

Karya-karya yang dipamerkan menampilkan beragam medium meliputi lukisan, grafis, ilustrasi, komik, hingga karya eksperimental yang memadukan kisah personal dengan semangat kolektif.

“Palmerah bukan hanya tempat bekerja, melainkan ruang batin yang melahirkan cerita, persahabatan, dan permenungan,” ujar Frans Sartono, jurnalis senior Kompas sekaligus kurator pameran ini.

Baca juga: Panduan Lengkap ke Bentara Budaya Art Gallery di Jakarta

Efix Mulyadi, perupa dan kurator Bentara Budaya, menambahkan, “Karya-karya ini menjadi perwujudan kreativitas yang berakar pada keseharian—di mana kesibukan kerja tidak memadamkan daya cipta dan kepekaan estetik.”

Melalui karya-karya tersebut, publik diajak melihat bagaimana seni rupa menjadi cermin nilai humanisme, kerja kolektif, dan kepekaan sosial yang selama ini hidup di jantung Kompas Gramedia.

Refleksi dari Palmerah

 Pameran seni rupa bertajuk ?Kisah dari Palmerah? digelar mulai 29 Oktober sampai 8 November di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat. Dalam keterangan resmi yang diterima, pameran ini menghadirkan karya-karya dari 44 perupa Kompas Gramedia, baik yang masih aktif berkarya maupun yang telah purna tugas. Dok. Bentara Budaya Jakarta Pameran seni rupa bertajuk ?Kisah dari Palmerah? digelar mulai 29 Oktober sampai 8 November di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat. Dalam keterangan resmi yang diterima, pameran ini menghadirkan karya-karya dari 44 perupa Kompas Gramedia, baik yang masih aktif berkarya maupun yang telah purna tugas.

Kisah-kisah dalam pameran ini dihadirkan dengan pendekatan yang beragam, ada yang satir dan humoris, ada yang kontemplatif, ada pula yang realistik dan dokumenter. Namun, benang merahnya tetap sama: Palmerah sebagai ruang nilai dan kenangan.

Palmerah sebagai tempat mesin cetak berdetak seirama dengan idealisme, tempat berita dan karya lahir dari kesadaran akan kemanusiaan dan kebudayaan.

Baca juga: Cara ke Bentara Budaya Art Gallery Naik KRL dan TransJakarta

Beberapa karya menyoroti figur dan ruang kerja yang akrab bagi insan Kompas Gramedia, sementara lainnya menafsirkan Palmerah sebagai simbol pergerakan zaman dan laku spiritual kerja.

Dengan demikian, pameran ini tidak hanya berbicara tentang individu, tetapi juga tentang ruang sosial dan moral yang mempersatukan mereka.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Travel News
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Travel News
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
Travel News
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Travel News
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
Travelpedia
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
Travel News
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Travel News
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Travel News
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Travel News
Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani 2025 Terbaru, Simak!
Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani 2025 Terbaru, Simak!
Travel News
3 November, Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani Naik
3 November, Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani Naik
Travel News
Tak Menyeramkan, Hantu di Saloka Theme Park Diajak Foto Manusia
Tak Menyeramkan, Hantu di Saloka Theme Park Diajak Foto Manusia
Travelpedia
Mengenal Rapa’i Uroh Duek, Alat Musik Tradisional Lhokseumawe
Mengenal Rapa’i Uroh Duek, Alat Musik Tradisional Lhokseumawe
Travelpedia
Sejarah Keraton Surakarta, Dulu Istana Kerajaan Mataram Islam
Sejarah Keraton Surakarta, Dulu Istana Kerajaan Mataram Islam
Travelpedia
Pakubuwono XIII Wafat, Raja Keraton Surakarta yang Naik Tahta Sejak 2004
Pakubuwono XIII Wafat, Raja Keraton Surakarta yang Naik Tahta Sejak 2004
Travelpedia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau