Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival Sains dan Budaya 2025 Resmi Dibuka, Ajak Siswa Gali Potensi dan Berbagi Inspirasi

Kompas.com - 12/10/2024, 20:50 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Eduversal Foundation kembali menggelar Festival Sains dan Budaya (FSB). Tahun 2025 ini, FSB  mengusung tema “Gali Potensi Diri, Semangat Menginspirasi”. Pembukaan FSB  diselenggarakan secara daring melalui Zoom dan Live Youtube pada Sabtu, 12 Oktober 2024.

Sebagai informasi, FSB merupakan kompetisi mempertemukan dua program besar tahunan yaitu Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) dan Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia (OSEBI).

Kegiatan ISPO telah dilangsungkan selama 17 tahun sedangkan OSEBI telah berlangsung selama 11 tahun. Kedua kegiatan ini telah menghasilkan peserta dan alumni berprestasi di tingkat nasional dan internasional dan mendapatkan beasiswa di dalam maupun di luar negeri.

Ketua Panitia FSB, Ade Kiki Ruswandi menjelaskan, penggabungan dua program ini bertujuan merayakan keindahan budaya dan sekaligus menumbuhkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan.

"FSB adalah bukti nyata bahwa generasi muda Indonesia semakin terbuka dan bersemangat dalam menggali potensi yang kita miliki, baik di bidang budaya maupun sains sesuai dengan tema FSB tahun ini," jelasnya.

Dalam kesempatan sama, Perwakilan Eduversal Foundation, Dwi Prajitno Wibowo mengatakan, ”Eduversal Foundation selaku penyelenggara kegiatan FSB 2025 percaya bahwa keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan pengembangan karakter merupakan kunci untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi masa depan."

"Kami berharap kegiatan tahunan ini dapat terus menginspirasi dan memotivasi seluruh siswa-siswi Indonesia untuk terus belajar, berkarya, dan menjaga budaya bangsa," ujar Dwi.

Karakter dan Tantangan Kecerdasan Buatan

President ISPO, Prof. Riri Fitri Sari menyampaikan kegiatan tahunan ini menjadi kesempatan bagi siswa berbagi inovasi dan wawasan dengan membangun kemampuan berpikir kritis dalam menjawab tantangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Baca juga: Penjajakan Kemitraan WSC 2024, Puspresnas Bangun Kolaborasi Wujudkan SDM Unggul Indonesia Emas

"Di era artificial intelligence atau kecerdasan buatan ini kita perlu mampu untuk memilah sisi negatif dan positifnya. Dan itu hanya dapat kita lakukan jika kita memiliki critical thinking," ujar Prof. Riri.

"Oleh karena itu, kita mengadakan FSB untuk mengatasi masalah yang saat ini terjadi yakni literasi dan memanfaat iptek. Agar kita dapat terus menjadi penggerak kehidupan ini dan tidak dikuasai oleh mesin atau kecerdasan buatan," harap Prof. Riri.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau