KOMPAS.com - Di era pemerintahan Prabowo Subianto, pendidikan tinggi vokasi diposisikan sebagai elemen kunci dalam mendorong hilirisasi dan industrialisasi nasional.
Visi Asta Cita 2024–2029 secara tegas menempatkan vokasi sebagai tulang punggung penguatan daya saing industri, dengan orientasi pada penciptaan lulusan yang siap kerja, adaptif, dan relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Arah baru ini menjadikan pendidikan vokasi tak lagi sekadar jalur alternatif, melainkan pilar utama pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi.
Baca juga: 4 Beasiswa S1 Dalam Negeri, Bisa Kuliah Gratis dan Kesempatan Magang
Karena itu, transformasi pendidikan tinggi vokasi menjadi elemen kunci dalam mendorong kemajuan industri nasional dan menyongsong visi Indonesia Emas 2045.
Untuk mencapai hal ini, peningkatan mutu dan kapasitas dosen vokasi menjadi prioritas utama, mengingat mereka adalah garda depan dalam mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten tetapi juga adaptif terhadap perubahan industri.
Penguatan peran dosen vokasi pun harus dibarengi dengan dukungan sistemik, kolaborasi lintas sektor, dan sinergi dengan dunia usaha agar hasil riset dan inovasi benar-benar dapat dihilirisasi dan dimanfaatkan masyarakat.
Merespons kebutuhan tersebut, Perkumpulan Profesi Dosen Vokasi Indonesia (APDOVI) kembali menunjukkan komitmennya dengan menggelar Seminar Nasional dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-5 di Gedung Kuliah Bersama (GKB) A19 Lantai 9, Universitas Negeri Malang (UM), awal Agustus 2025.
Dengan tema besar "Penguatan Dosen Vokasi ke Arah Hilirisasi Industri Menuju Indonesia Emas", kegiatan ini menjadi forum strategis untuk mempertemukan akademisi, praktisi industri, dan pemangku kebijakan dalam merumuskan langkah konkret demi mendukung peran pendidikan vokasi dalam pembangunan nasional.
Baca juga: Gerakan Sejuta Beasiswa Diluncurkan, Ada Program Akademik dan Vokasi
Ketua Umum APDOVI, Arman Faslih menyampaikan bahwa seminar dan Rakernas ke‑5 APDOVI menjadi momentum strategis untuk memperdalam diseminasi hasil penelitian dan pengabdian dosen Vokasi dari seluruh Indonesia.
Selain menjadi wadah penting dalam meningkatkan kompetensi dan kapasitas keilmuan pendidik vokasi, serta memperkuat sinergi antara akademisi dan industri guna menjawab tantangan hilirisasi pendidikan vokasi nasional menuju visi Indonesia Emas 2045.
Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Malang, Hariyono menekankan bahwa kemajuan Indonesia sebagai negara besar hanya dapat dicapai oleh intelektual yang berpikiran besar dan berbudi besar, menjadikan dosen vokasi sebagai ujung tombak penguatan ekosistem pendidikan.
Ia juga menyampaikan bahwa dosen vokasi perlu memperkuat kontribusi intelektual mereka dalam mendorong akademik yang relevan dengan kebutuhan industri, sehingga menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten tetapi juga adaptif terhadap dinamika sektor vokasi dan hilirisasi industri menuju visi Indonesia Emas 2045.
Adik Dwi Putranto, Ketua Umum KADIN Jawa Timur ikut menyoroti perlunya jejaring kuat antara dunia pendidikan dan dunia industri agar inovasi yang dihasilkan dapat menjawab kebutuhan pasar secara riil.
Baca juga: Beasiswa D4-S2 ke Brunei Darussalam 2024, Kuliah Gratis dan Tunjangan
Sementara itu, Muladi selaku Dekan Fakultas Vokasi UM memaparkan studi kasus Fakultas Vokasi UM dalam upaya peningkatan kapasitas dosen dan hilirisasi hasil Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Muladi menggarisbawahi bahwa peningkatan mutu dosen Vokasi membutuhkan ekosistem yang mendukung, mulai dari pengembangan kompetensi, infrastruktur laboratorium terapan, kolaborasi lintas sektor, hingga dukungan regulasi dan insentif dari pemerintah.