KOMPAS.com - Festival Kata kembali digelar pada 17 dan 18 Oktober 2025 di Bentara Budaya Jakarta dengan tema Menguatkan dan Menyembuhkan Melalui Kata.
Pada gelaran ketiga kalinya ini, Festival Kata tetap merawat ruang gagasan, pengalaman, dan perasaan manusia bertemu dalam perayaan literasi yang memelihara empati.
Festival yang digelar oleh Harian Kompas / Kompas.id menempatkan literasi sebagai kekuatan untuk memahami diri, sesama, dan dunia yang berubah cepat.
Ketua Panitia Festival Kata 2025, Hilmi Faiq menjelaskan festival literasi ini mengajak masyarakat untuk berhenti sejenak dan merenungkan daya penyembuhan kata.
”Kata itu punya daya untuk menguatkan, teman-teman yang lagi lemah bisa kuat dengan kata-kata, di sini energi negatif kita sulap menjadi positif. Jadi, kami mengundang semua pegiat literasi, penulis, penerbit, pembicara, masyarakat untuk datang berdiskusi, merayakan, dan mengapresiasi sastra,” kata Hilmi, Jumat (17/10/2025).
Pada Jumat (17/10/2025) pukul 13.00 WIB, menggelar diskusi tentang kesehatan mental anak muda bertajuk ”Dari Kesepian Menjadi Harapan” yang dihadiri 150 orang mahasiswa dan umum.
Menghadirkan pembicara Nova Riyanti Yusuf (dokter spesialis Kedokteran Jiwa, penulis, dan Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Marzoeki Mahdi), Sasti Gotama (sastrawan), dan Ratna Sri Widyastuti (wartawan Harian Kompas).
Selain berdiskusi, pengunjung bisa menikmati panggung pembacaan puisi, musikalisasi puisi, dan pengumuman lomba puisi.
Terdapat 1.798 pengirim puisi dari berbagai penjuru Nusantara. Mereka antara lain datang dari Papua, Nusa Tenggara Timur, Yogyakarta, Medan, Jakarta, hingga Bandung.
Baca juga: 6 Sekolah Kedinasan Punya Syarat Minimal Tinggi Badan, Ada IPDN
Membaca buku di tempat umum bisa menjadi tanda kecerdasan.Ratna menuturkan pada pertengahan 2025 WHO memaparkan data terbaru bahwa ternyata 1 dari 6 orang di dunia mengalaminya kesepian.
"Kesepian ini ternyata berkontribusi di 871.000 kematian di seluruh dunia setiap tahun," tutur Ratna.
Dalam laporan WHO "From Loneliness to Socialise Connection: Charting A Path to Healthier Societies", menunjukkan di Indonesia kelompok usia remaja 13 hingga 17 tahun paling merasa kesepian. Didominasi oleh remaja perempuan yakni 24,3 persen.
Kemudian Harian Kompas dibantu Litbang Kompas melakukan polling, ternyata angka kesepian di Indonesia lebih tinggi yakni 1 dari 5 orang merasa kesepian.
Temuan ini juga dikonfirmasi ke beberapa ahli dan dari ahli ada yang bahkan mendapati angka kesepian 1 dari 3 orang.
Lalu Harian Kompas mengamati 30 kota besar di Indonesia menggunakan 12 indikator. Hasilnya kota Yogyakarta menempati peringkat tertinggi kota yang warganya merasa kesepian dengan skor 74,9 poin.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya