SEOUL, KOMPAS.com - Korea Utara pada Minggu (3/4/2022), mengecam pernyataan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Suh Wook tentang kemampuan negaranya untuk menyerang Korea Utara.
Korea Utara pun memperingatkan akan menghancurkan target-target utama di Seoul jika Korea Selatan mengambil aksi militer berbahaya seperti serangan pendahuluan.
Kecaman itu muncul oleh Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Baca juga: 2 Pesawat Latih Korea Selatan Kecelakaan, 3 Pilot Tewas
Menurut kantor berita Korea Utara, KCNA, Kim mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa ungkapan menteri pertahanan Korea Selatan semakin memperburuk hubungan antar-Korea dan ketegangan militer di semenanjung Korea.
Dilansir dari Reuters, hal itu terjadi setelah Menteri Pertahanan Korea Selatan, Suh Wook, mengatakan pada Jumat (1/4/2022), bahwa militer negaranya memiliki berbagai rudal dengan jarak tembak, akurasi, dan kekuatan yang ditingkatkan secara signifikan, dengan kemampuan untuk secara akurat dan cepat mengenai target apa pun di Korea Utara.
Suh juga mengatakan Kementerian Pertahanan Korea Selatan akan secara aktif mendukung militer untuk memastikan mereka memiliki kemampuan untuk merespons ancaman rudal Korea Utara.
Dia menyebut utara sebagai musuh.
Terkait hal ini, Kim yang menjabat sebagai Wakil Direktur Departemen Komite Sentral Partai Buruh Korea, juga mengatakan negaranya akan mempertimbangkan kembali banyak hal dan bahwa Korea Selatan mungkin menghadapi ancaman serius karena pernyataan semacam itu.
Baca juga: Seoul: Peluncuran Rudal Monster Hwasong-17 Korea Utara Palsu, Hanya Propaganda
Dalam pernyataan terpisah pada Minggu, Pak Jong Chon, Sekretaris Komite Sentral Partai Buruh Korea, mengatakan Korea Utara tanpa ampun akan mengarahkan semua kekuatan militernya untuk menghancurkan target utama di Seoul dan tentara Korea Selatan, jika Tentara Korea Selatan terlibat dalam aksi militer yang berbahaya seperti serangan pendahuluan.
Ketegangan di semenanjung Korea diketahui telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir setelah Korea Utara menguji dua rudal balistik pada 26 Februari dan 4 Maret.
Uji coba rudal itu melibatkan sistem ICBM (rudal antarbenua) baru yang sedang dikembangkan Korea Utara.
Setelah uji coba, Amerika Serikat pada Jumat, telah menjatuhkan sanksi pada lima entitas yang dituduh memberikan dukungan untuk pengembangan senjata pemusnah massal dan program rudal balistik Korea Utara.
Ketegangan dapat meningkat lebih lanjut karena Presiden terpilih Korea Selatan Yoon Suk-yeol akan mulai menjabat bulan depan.
Di mana, dia telah mengatakan sebelumnya bahwa serangan pendahuluan mungkin satu-satunya cara untuk melawan rudal hipersonik baru Korea Utara jika mereka tampak siap untuk serangan yang akan segera terjadi.
Yoon telah menyerukan untuk meningkatkan pencegahan militer, termasuk dengan memperkuat hubungan dengan AS, dan telah berjanji untuk berusaha membangun saluran dialog tiga arah permanen antara Korea Selatan, Korea Utara, dan AS.
Baca juga: Tolak Ditekan, Kim Jong Un Nyatakan Korea Utara Akan Terus Kembangkan Kekuatan Nuklir yang Tangguh
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini