Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Marah Gambar Kaisar Hirohito Dipakai dalam Video Anti-fasisme, Ukraina Minta Maaf

Kompas.com - 27/04/2022, 20:29 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

TOKYO, KOMPAS.com - Pemerintah Ukraina meminta maaf setelah memasukkan foto kaisar Jepang pada masa perang, Hirohito, dalam video anti-fasisme bersama gambar Adolf Hitler dan Benito Mussolini.

Pejabat menghapus Hirohito dari video setelah tekanan dari pemerintah Jepang, yang telah menjatuhkan sanksi pada Rusia, memberikan pinjaman 300 juta dollar AS (Rp 4,3 triliun) untuk Ukraina dan menerima ratusan pengungsi.

Baca juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina Akan Terasa sampai Tingkat Rumah Tangga, Harga Komoditas Dunia Melonjak Besar-besaran

Wakil kepala sekretaris kabinet Jepang, Yoshihiko Isozaki, mengatakan Tokyo akan terus mendukung Ukraina tetapi pencantuman Hirohito dalam video itu "sama sekali tidak pantas".

Video tersebut, yang diunggah oleh pemerintah Ukraina di Twitter pada 1 April, menggambarkan invasi Rusia sebagai “contemporary ruscism” dan menyertakan tiga tokoh perang dunia kedua di atas pesan: “Fasisme dan Nazisme dikalahkan pada 1945.”

Keputusan untuk menghapus foto Hirohito dan permintaan maaf dipandang sebagai upaya pemerintah Ukraina untuk tidak mengasingkan Jepang, sekutunya dalam perang melawan Rusia.

Masa Kaisar Hirohito

Adapun pemerintah masa perang Jepang dipimpin oleh perdana menteri saat itu, Hideki Tojo. Konflik itu terjadi atas nama Hirohito, yang dipuja sebagai dewa yang hidup sampai kekalahan Jepang pada Agustus 1945.

Kekuasaannya dimulai pada 1926 selama pemerintahan kolonial Jepang atas semenanjung Korea, dan mencakup semua perkembangan kunci perang Pasifik, dari serangan terhadap Pearl Harbor hingga penyerahan Jepang setelah pemboman atom Hiroshima dan Nagasaki.

Baca juga: Ukraina Tuding Rusia Sengaja Ciptakan Kerusuhan di Moldova

Khawatir akan ketidakstabilan politik dan pengaruh komunisme, pasukan pendudukan AS pasca-perang mengizinkan Hirohito untuk tetap berada di atas takhta krisan tetapi melucuti status agungnya, menjadikan dia sebagai simbol persatuan rakyat Jepang.

Putranya, Akihito, yang naik takhta setelah kematian ayahnya pada 1989, menghabiskan sebagian besar masa pemerintahannya untuk memperbaiki hubungan dengan mantan korban Jepang.

Perbedaan pendapat

Sejarawan tetap terbagi atas seberapa besar peran yang dimainkan Hirohito dalam pengambilan keputusan selama perang.

Kaum konservatif Jepang sangat sensitif terhadap hubungan apa pun yang dibuat terkait Hirohito – yang secara anumerta dikenal sebagai Kaisar Showa – dan kekejaman masa perang yang dilakukan oleh kekaisaran Jepang, anggota koalisi “Kekuatan Poros” bersama dengan Nazi Jerman dan fasis Italia.

"Menggambarkan Hitler, Mussolini dan Kaisar Showa dalam konteks yang sama, sama sekali tidak pantas," kata Isozaki kepada wartawan seperti dilansir Guardian pada Selasa (26/4/2022).

“Itu sangat disesalkan.”

Pemerintah Ukraina menghapus gambar Hirohito dari video dan mengunggah "permintaan maaf yang tulus atas kesalahan ini", menambahkan bahwa "tidak ada niat untuk menyinggung orang-orang Jepang yang ramah".

Duta Besar Ukraina untuk Jepang, Sergiy Korsunsky, juga meminta maaf dalam sebuah kicauannya, mengatakan bahwa pembuat video tersebut “kurang memahami sejarah”.

Baca juga: Rusia Setop Gas ke Polandia dan Bulgaria, Ukraina: Moskwa Peras Eropa

Beberapa pengguna Twitter Jepang terus mengkritik video asli dan meminta pemerintah mereka untuk menarik dukungannya untuk Ukraina. Yang lain mengatakan akan lebih tepat untuk menggunakan foto Tojo, yang digantung sebagai penjahat perang pada 1948.

Dia ditempatkan bersama dengan korban perang Jepang lainnya, di kuil Yasukuni, di mana ziarah oleh politisi konservatif Jepang telah menuai kritik dari China dan Korea Selatan.

Mantan perdana menteri Jepang Shinzo Abe mengunjungi Yasukuni minggu lalu untuk menandai festival musim semi kuil. Perdana menteri saat ini, Fumio Kishida, mengirimkan persembahan ritual tetapi tidak hadir secara langsung.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau