Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Sita Pesawat Kepresidenan Venezuela, Sebut Dibeli Ilegal

Kompas.com - 03/09/2024, 15:14 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

MIAMI, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) pada Senin (2/9/2024) menyita pesawat Kepresiden Venezuela milik Nicolas Maduro di Republik Dominika dan menerbangkannya ke Negara Bagian Florida.

Maduro mengecamnya sebagai pembajakan, tetapi Washington bersikeras tindakannya harus dilakukan karena Venezuela melakukan pelanggaran.

AS bergerak menyita pesawat jet pribadi Dassault Falcon 900EX itu setelah Departemen Kehakiman menyatakannya dibeli secara ilegal.

Baca juga: Belajar dari Revolusi Perumahan di Venezuela

"Departemen Kehakiman menyita pesawat yang kami duga dibeli secara ilegal seharga 13 juta dollar AS (Rp 201,95 miliar) melalui perusahaan cangkang dan diselundupkan keluar dari Amerika Serikat untuk digunakan oleh Nicolas Maduro dan kroninya," kata Jaksa Agung Merrick Garland, dikutip dari kantor berita AFP.

Kementerian Luar Negeri Venezuela pada Senin (2/9/2024) mengecam penyitaan tersebut.

"Sekali lagi, otoritas Amerika Serikat terlibat praktik kriminal yang tidak dapat digambarkan sebagai apa pun selain pembajakan," kecamnya.

Situs pelacakan pesawat Flightradar24 menunjukkan bahwa jet itu terbang dari Santo Domingo ke Fort Lauderdale pada Senin pagi.

Adapun Republik Dominika mengaku tidak berpartisipasi dalam penyelidikan AS terhadap jet itu.

Menteri Luar Negeri Dominika Roberto Alvarez mengatakan kepada wartawan, pesawat itu berada di negaranya untuk perawatan.

Baca juga:

Menurut AS, pada akhir 2022 dan awal 2023 orang-orang yang terkait dengan Maduro diduga menggunakan perusahaan kedok di Karibia untuk menyembunyikan keterlibatannya dalam pembelian jet ilegal itu.

Pesawat jet itu diekspor secara ilegal dari Amerika Serikat ke Venezuela melalui Karibia pada April 2023.

Anthony Salisbury, agen khusus di kantor Investigasi Keamanan Dalam Negeri Miami mengatakan, "Pesawat ini banyak digunakan oleh Nicolas Maduro dalam berbagai kunjungan kenegaraan."

Demo besar-besaran mengguncang Venezuela setelah Maduro dinyatakan menang pemilihan umum secara kontroversial pada 28 Juli 2024.

Kericuhan tersebut menewaskan 27 orang, sedikitnya 192 korban luka-luka, dan lebih dari 2.400 pedemo ditangkap.

AS, Uni Eropa, dan beberapa negara Amerika Latin enggan mengakui kemenangan Maduro tanpa melihat hasil pemungutan suara secara detail.

Baca juga: Nicolas Maduro Menangi Jabatan Presiden Venezuela 3 Periode

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau