Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Bertemu Zelensky di Vatikan, Trump Kritik Keras Serangan Rusia

Kompas.com - 27/04/2025, 13:30 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters


VATICAN CITY, KOMPAS.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu secara langsung di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (26/4/2025). Keduanya hadir untuk mengikuti upacara pemakaman Paus Fransiskus.

Pertemuan tersebut menjadi upaya baru untuk menghidupkan kembali negosiasi perdamaian dalam perang Rusia-Ukraina yang hingga kini masih berlangsung.

Menurut kantor kepresidenan Ukraina, Trump dan Zelensky berbicara sekitar 15 menit tanpa kehadiran ajudan. Foto-foto pertemuan mereka dirilis oleh Kyiv dan Washington, menunjukkan keduanya duduk berdekatan di dalam basilika.

Baca juga: Ketika Trump dan Zelensky Sibuk Sendiri di Pemakaman Paus...

"Pertemuan yang bagus. Secara pribadi, kami berhasil membahas banyak hal. Kami berharap ada hasil dari semua hal yang dibicarakan," kata Zelensky dalam unggahan di Telegram.

Zelensky menyebutkan beberapa topik pembicaraan, antara lain perlindungan warga sipil, gencatan senjata tanpa syarat, serta harapan tercapainya perdamaian yang dapat diandalkan dan abadi.

"Pertemuan ini sangat simbolis dan berpotensi menjadi bersejarah jika kita mencapai hasil bersama. Terima kasih, Presiden Donald Trump!" tambah Zelensky, sebagaimana diberitakan Reuters pada Minggu (27/4/2025).

Juru bicara Gedung Putih menggambarkan pertemuan itu sebagai "sangat produktif."

Respons Trump terhadap Rusia

Usai mengikuti upacara pemakaman, Trump langsung menaiki Air Force One untuk meninggalkan Roma. Dalam perjalanan, ia mengunggah pernyataan tegas terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin di platform Truth Social.

"Tidak ada alasan bagi Putin untuk menembakkan rudal ke wilayah sipil, kota-kota, dan desa-desa selama beberapa hari terakhir," tulis Trump.

Pernyataan tersebut merujuk pada serangan rudal Rusia di Kyiv pada Kamis, yang menewaskan 12 orang.

Trump melanjutkan, "Itu membuat saya berpikir bahwa mungkin dia tidak ingin menghentikan perang, dia hanya memanfaatkan saya, dan harus ditangani dengan cara yang berbeda, melalui 'Perbankan' atau 'Sanksi Sekunder?' Terlalu banyak orang yang sekarat!!!".

Pernyataan Trump ini dinilai cukup berbeda dari sikapnya selama ini yang cenderung lunak terhadap Putin, sekaligus menjadi sinyal perubahan nada dari mantan Presiden AS itu.

Baca juga: Trump-Zelensky Bertemu Lagi Usai Pemakaman Paus, Lanjut Bahas Perang

Menanggapi pernyataan Trump, Senator Republik Lindsey Graham mengatakan, Senat siap untuk mempercepat undang-undang bipartisan yang akan mengenakan sanksi perdagangan terhadap negara-negara yang membeli minyak, gas, dan produk lainnya dari Rusia.

"Senat siap bergerak ke arah ini dan akan melakukannya dengan sangat besar jika Rusia tidak mendukung perdamaian yang terhormat, adil, dan abadi," tulis Graham di platform X.

Zelensky mengatakan pada Sabtu di media sosial, ia membahas kemungkinan gencatan senjata tanpa syarat dengan Rusia pada pertemuan dengan Donald Trump tersebut.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau