GAZA, KOMPAS.com - Serangan Israel kembali menewaskan sedikitnya 146 warga Palestina di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir.
Selain korban jiwa, banyak yang mengalami luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat, Sabtu (17/5/2025). Situasi ini terjadi di tengah persiapan Israel melanjutkan serangan darat baru.
Sejak Kamis lalu, gelombang serangan yang terjadi termasuk fase pemboman paling mematikan sejak gencatan senjata antara kedua belah pihak runtuh pada Maret lalu.
Baca juga: Israel Klaim Tewaskan Komandan Hezbollah di Lebanon Selatan
"Sejak tengah malam, kami telah menerima 58 martir, sementara sejumlah besar korban masih tertimbun reruntuhan. Situasi di dalam rumah sakit sangat buruk," ujar Marwan Al-Sultan, Direktur RS Indonesia di Gaza Utara, sebagaimana diberitakan Reuters.
Menurut data otoritas kesehatan Gaza, total 459 orang terluka akibat serangan Israel dalam waktu 24 jam terakhir.
Militer Israel mengumumkan, Sabtu, mereka melancarkan serangan besar-besaran serta memobilisasi pasukan sebagai persiapan memperluas operasi di wilayah Jalur Gaza. Tujuannya untuk menguasai kantong Palestina tersebut secara operasional.
Diketahui, sistem kesehatan di Gaza nyaris lumpuh. Rumah sakit terus-menerus menjadi sasaran serangan militer Israel selama konflik 19 bulan terakhir. Pasokan medis juga semakin menipis akibat blokade ketat Israel sejak Maret.
Penumpukan pasukan lapis baja di perbatasan Gaza menjadi bagian dari tahap awal operasi yang diberi nama "Operasi Gerobak Gideon".
Israel menyatakan operasi ini bertujuan mengalahkan Hamas sekaligus merebut kembali sandera yang disandera kelompok tersebut.
Baca juga: Serangan Terbaru Israel Tewaskan 100 Orang, Situasi Gaza Kian Memburuk
Seorang pejabat pertahanan Israel mengatakan operasi itu baru akan diluncurkan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakhiri kunjungannya ke Timur Tengah.
"Kami secara bertahap meningkatkan pasukan, Hamas tetap menantang," kata militer Israel, Sabtu (17/5/2025).
PBB memperingatkan ancaman kelaparan yang semakin serius di Gaza setelah Israel memblokir pengiriman bantuan sejak 76 hari lalu.
Kepala bantuan PBB, Tom Fletcher, meminta Dewan Keamanan segera bertindak untuk mencegah terjadinya genosida.
Trump mengakui krisis kelaparan yang kian memburuk dan mendesak perlunya pengiriman bantuan kemanusiaan.
Tekanan internasional juga terus meningkat agar Israel melanjutkan pembicaraan gencatan senjata dan mengakhiri blokadenya terhadap Gaza.
Sebuah yayasan yang didukung Amerika Serikat berencana mendistribusikan bantuan bagi warga Gaza akhir Mei ini dengan bantuan perusahaan keamanan dan logistik swasta AS.
Namun, PBB menolak bekerja sama dengan yayasan tersebut karena dinilai tidak netral dan tidak independen.
Baca juga: Ukraina Minta Sekutu Barat Tekan Rusia Usai Perundingan di Turkiye Zonk
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 5 Mei menyatakan rencana memperluas serangan terhadap Hamas, yang dapat meliputi perebutan seluruh Jalur Gaza dan kontrol terhadap bantuan kemanusiaan.
Pada Jumat, militer Israel memerintahkan warga Gaza pindah ke wilayah selatan setelah serangan hebat di kota Beit Lahia dan kamp pengungsi Jabalia di utara. Meski demikian, warga melaporkan tank Israel mulai bergerak ke arah selatan, menuju Kota Khan Younis.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini