Penulis: Rizki Nugraha/DW Indonesia
BANGKOK, KOMPAS.com - Pemerintahan Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra berada di ujung tanduk pada Kamis (19/6/2025) setelah keluarnya salah satu mitra utama koalisi. Desakan mundur terhadapnya sebabnya meningkat, meskipun baru 10 bulan menjabat.
Paetongtarn, yang baru pertama kali terjun ke dunia politik dan berusia 38 tahun, adalah putri dari mantan perdana menteri berpengaruh Thaksin Shinawatra.
Dia kini menghadapi turunnya popularitas, kelesuan ekonomi, serta sengketa wilayah dengan Kamboja yang memicu kekhawatiran akan kemungkinan bentrokan militer.
Baca juga: Skandal Telepon PM Paetongtarn Shinawatra: Koalisi Thailand Nyaris Runtuh
Partai Bhumjaithai, mitra terbesar kedua dalam koalisi, menarik diri pada Rabu (18/6/2025) malam, setelah bocornya rekaman percakapan telepon antara Paetongtarn dan mantan pemimpin Kamboja, Hun Sen, hanya beberapa jam sebelumnya.
Pembicaraan tersebut dinilai menimbulkan kerusakan terhadap integritas bangsa, kedaulatan negara, serta citra militer.
Partai United Thai Nation (UTN), Chart Thai Pattana, dan Partai Demokrat mengumumkan juga akan mengadakan rapat terpisah pada hari Kamis untuk menentukan langkah selanjutnya.
Jika Partai Demokrat atau UTN juga menarik diri, Paetongtarn akan memimpin pemerintahan minoritas yang nyaris mustahil bertahan.
Paetongtarn belum memberikan komentar terkait keluarnya Bhumjaithai. Dia terlihat memasuki kantor pemerintahan pada Kamis pagi, sementara aparat kepolisian telah berjaga di sekitar untuk mengantisipasi kemungkinan aksi unjuk rasa.
Indeks di bursa saham Thailand turun hingga 2,4 persen pada perdagangan pagi, mencapai level terendah sejak 9 April.
Baca juga: Thailand dan Kamboja Saling Gertak, Sengketa Memanas
Dalam rekaman percakapan tertanggal 15 Juni yang bocor itu, Paetongtarn terdengar mendesak Hun Sen agar menyelesaikan sengketa wilayah secara damai, serta memintanya untuk tidak mendengarkan "pihak lain" di Thailand, termasuk seorang jenderal militer yang menurut dia hanya ingin terlihat keren.
Dia kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa ucapannya adalah bagian dari taktik negosiasi, dan tidak ada masalah dengan militer.
Paetongtarn mengadakan pertemuan dengan pejabat keamanan tertinggi pada Kamis untuk membahas krisis dengan Kamboja.
Didampingi oleh menteri pertahanan, panglima angkatan darat, dan panglima angkatan bersenjata, dia meminta maaf atas kebocoran percakapan itu dan menyerukan persatuan.
"Kita tidak punya waktu untuk perpecahan. Kita harus melindungi kedaulatan negara. Pemerintah siap mendukung militer dalam segala hal," ujarnya kepada wartawan.
Baca juga: Thailand Tutup 2 Pos Perbatasan Setelah Bentrok dengan Kamboja