YERUSALEM, KOMPAS.com – Pemerintah Israel menyatakan keinginan untuk memperluas jangkauan perdamaian ke dua negara tetangganya yakni Suriah dan Lebanon.
Pernyataan ini menandai perubahan signifikan di kawasan yang selama puluhan tahun dilanda konflik dan ketegangan berkepanjangan.
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengungkapkan hal tersebut dalam konferensi pers di Yerusalem, Senin (30/6/2025), saat mendampingi Menteri Luar Negeri Austria, Beate Meinl-Reisinger.
Baca juga: Jelang Perundingan di AS, Serangan Israel Tewaskan 60 Warga Gaza
“Israel tertarik untuk memperluas lingkaran perdamaian dan normalisasi Abraham Accords,” ujar Saar, merujuk pada kesepakatan diplomatik yang sebelumnya dicapai dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko pada 2020, dimediasi oleh Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump.
“Kami memiliki minat untuk menambahkan negara-negara seperti Suriah dan Lebanon, tetangga kami ke dalam lingkaran perdamaian dan normalisasi, sambil menjaga kepentingan penting dan keamanan Israel,” tegasnya, sebagaimana diberitakan AFP.
Peluang perdamaian ini muncul di tengah dinamika baru kawasan. Suriah kini berada di bawah pemerintahan baru setelah tergulingnya Presiden Bashar al-Assad pada Desember 2024.
Sementara itu, pengaruh kelompok Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran disebut telah melemah pasca bentrokan dengan Israel tahun lalu.
Pada kesempatan berbeda, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan, kemenangan negaranya dalam perang 12 hari melawan Iran menjadi titik tolak bagi perluasan dramatis perjanjian damai dengan negara-negara di Timur Tengah.
Baca juga: Suriname Jadi Negara Pertama di Amazon yang Bebas Malaria
Meski membuka diri terhadap perdamaian, Israel tetap menegaskan sikapnya terhadap Dataran Tinggi Golan.
Wilayah strategis yang direbut dari Suriah dalam Perang Enam Hari 1967 dan dianeksasi pada 1981 ini tetap menjadi isu krusial dalam setiap kemungkinan kesepakatan.
Saar menegaskan, Dataran Tinggi Golan akan tetap berada di bawah kedaulatan Israel dalam kerangka perjanjian damai yang mungkin disepakati di masa depan.
Setelah rezim Assad tumbang, Israel dilaporkan mengerahkan pasukan ke zona demiliterisasi di wilayah Golan yang dipantau oleh pasukan PBB. Selain itu, ratusan serangan udara telah dilancarkan terhadap target militer di wilayah Suriah.
Sementara itu di Lebanon, kekuatan Hizbullah melemah usai konflik dengan Israel yang berkaitan dengan perang Israel-Hamas di Jalur Gaza pada 2023. Meskipun gencatan senjata diumumkan pada November lalu, Israel tetap melakukan serangan terhadap posisi Hizbullah.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak pemerintah Lebanon maupun Suriah terkait pernyataan yang disampaikan Israel.
Baca juga: 3 Roket Hantam Bandara di Irak, 2 Personel Keamanan Terluka
Peluang normalisasi hubungan Israel dengan Suriah dan Lebanon juga mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat.