Penulis: Martin Fritz/DW Indonesia
KOMPAS.com - Koalisi pemerintahan Jepang yang dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) Shigeru Ishiba kehilangan kursi mayoritas di parlemen dalam pemilu pada Minggu (20/7/2025) setelah partai-partai populis sayap kanan meraih banyak suara.
Ini menjadi pertanda bahwa populisme sayap kanan dan polarisasi kini mengancam stabilitas politik di Jepang.
Untuk saat ini, PM Ishiba bersikeras tetap menjabat sebagai perdana menteri, meskipun ini adalah kekalahan keduanya dalam sembilan bulan terakhir.
Baca juga: Usung Agenda Anti-Imigran di Jepang, Partai Sanseito Menang Pemilu
Partai Demokrat Liberal (LDP) yang dipimpinnya juga kalah dalam pemilu dini Oktober lalu, menjadikannya partai minoritas yang memerintah bersama koalisi.
Ishiba mengatakan, dirinya akan menerima hasil ini dengan rendah hati dan tetap bertanggung jawab atas urusan kenegaraan.
Namun, kelanjutan masa jabatan PM Ishiba kini tidak lagi bergantung padanya. Oposisi yang semakin kuat bisa menjatuhkannya kapan saja lewat mosi tidak percaya, meski oposisi belum cukup bersatu untuk membentuk koalisi pemerintahan sendiri.
Ishiba juga menghadapi ancaman pemberontakan dari dalam partainya sendiri, yang telah memerintah Jepang hampir tanpa henti selama 70 tahun dan selalu menguasai setidaknya satu kamar parlemen.
Tokoh senior konservatif LDP, Taro Aso, menyatakan bahwa ia tidak bisa menerima Ishiba sebagai PM Jepang.
Namun, calon pengganti potensial Ishiba tampaknya masih perlu menunggu.
"Tidak ada yang mau menggantikan Ishiba di masa sulit seperti ini bagi LDP," kata ilmuwan politik Masahiro Iwasaki dari Universitas Nihon di Tokyo kepada DW.
Baca juga: Partai Sayap Kanan Menang Besar di Jepang, Ini Janji-janji Sanseito
Koalisi yang berkuasa, LDP dan Partai Komei yang beraliran Buddha, gagal mencapai target untuk mempertahankan kursi mayoritas di majelis tinggi parlemen.
Perolehan suara mereka hanya terpaut tiga kursi dari mayoritas, hasil yang mengejutkan karena selisihnya sangat tipis. Dari total 248 kursi, 125 kursi diperebutkan dalam pemilu kali ini.
LDP kemungkinan akan mencoba menarik beberapa anggota parlemen independen ke dalam koalisi. Namun, kalau pun upaya ini berhasil, posisi pemerintahan tetap masih tidak stabil.