GAZA, KOMPAS.com – Kelompok Hamas menegaskan tidak akan setuju melucuti persenjataan mereka, kecuali negara Palestina yang berdaulat sepenuhnya telah terbentuk dengan Yerusalem sebagai ibu kota.
Pernyataan tersebut disampaikan sebagai respons terhadap klaim yang dikaitkan dengan utusan Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, yang menyebut bahwa Hamas telah menyatakan kesediaannya untuk meletakkan senjata.
Israel menjadikan perlucutan senjata Hamas sebagai salah satu prasyarat utama untuk mencapai kesepakatan damai dan menghentikan konflik yang telah berlangsung sejak Oktober 2023.
Baca juga: Warga Gaza Terpaksa Ikat Batu Bata di Perut demi Redakan Lapar
Namun, Hamas menampik klaim itu dan menegaskan hak mereka untuk tetap bersenjata sebagai bentuk perlawanan.
“Kami tidak dapat melepaskan hak untuk melawan dan melepaskan senjata kami, kecuali negara Palestina yang merdeka dan berdaulat sepenuhnya dengan Yerusalem sebagai ibu kota telah terwujud,” demikian pernyataan Hamas yang dilansir Minggu (3/8/2025).
Negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera kembali terhenti pekan lalu, menurut laporan BBC.
Di tengah upaya diplomasi, sejumlah negara Arab disebut terus mendesak Hamas untuk melucuti senjata dan menyerahkan kendali atas Jalur Gaza.
Desakan ini muncul seiring pengakuan sejumlah negara Barat terhadap negara Palestina, termasuk Perancis dan Kanada.
Sementara itu, Inggris menyatakan akan mengambil langkah serupa jika Israel gagal memenuhi persyaratan tertentu pada September mendatang.
Baca juga: Paus Leo Soroti Kelaparan dan Kekerasan di Gaza, Desak Gencatan Senjata
Situasi kemanusiaan yang memburuk di Gaza turut meningkatkan tekanan terhadap pemerintah Israel, termasuk dari sekutu dekat seperti Amerika Serikat.
Utusan AS, Steve Witkoff, telah melakukan kunjungan ke Israel dan bertemu dengan keluarga para sandera yang masih ditahan Hamas di Gaza.
Dalam pertemuan pada Sabtu (2/8/2025) di Tel Aviv, Witkoff disambut tepuk tangan dan permintaan bantuan dari keluarga para sandera.
Sebelumnya, Hamas merilis video yang menunjukkan kondisi seorang sandera bernama Evyatar David yang tampak kurus dan duduk di terowongan gelap dalam kondisi bertelanjang dada.
Keluarga David menuding Hamas dengan sengaja membuatnya kelaparan untuk kepentingan propaganda dan meminta pemerintah Israel dan AS untuk segera bertindak menyelamatkan para sandera.
Witkoff menekankan bahwa prioritas upaya perdamaian adalah mengakhiri konflik dan memulangkan semua sandera, bukan menyepakati solusi parsial.