Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Makin Banyak Orang Ingin Pindah ke Desa? Ini Alasannya

Kompas.com - 16/10/2025, 05:30 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com – Tren urbanisasi terbalik atau keinginan orang untuk pindah ke desa kini semakin meningkat. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, semakin banyak orang yang memilih meninggalkan hiruk-pikuk kota besar untuk hidup lebih tenang di pedesaan.

Fenomena ini tak hanya berkaitan dengan gaya hidup, tetapi juga berakar pada kesehatan mental dan kesejahteraan hidup.

Sejumlah penelitian internasional menunjukkan bahwa lingkungan perkotaan yang padat, bising, dan kompetitif dapat berdampak negatif terhadap kesehatan jiwa masyarakatnya.

Baca juga: Dosen UMS Hardika Dinobatkan Jadi Dosen Berdampak Berkat Pemberdayaan Desa

Kota dan Tekanan Mental yang Tinggi

Dikutip dari Urban Design and Mental Health, disebutkan bahwa tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental. Kesehatan mental yang baik menjadi fondasi bagi kesejahteraan individu dan keberlanjutan kota yang tangguh.

Secara global, 1 dari 4 orang akan mengalami gangguan kesehatan mental sepanjang hidupnya. Gangguan mental ini bahkan menyumbang 7,4 persen dari total beban penyakit dunia dan kini menjadi penyebab utama disabilitas jangka panjang.

Penelitian itu juga menunjukkan bahwa kehidupan di kota besar memiliki risiko lebih tinggi terhadap gangguan mental dibandingkan pedesaan.

Orang yang tinggal di kota memiliki risiko 40 persen lebih tinggi mengalami depresi, 20 persen lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan, dan dua kali lipat lebih berisiko menderita skizofrenia dibandingkan mereka yang tinggal di desa.

Selain itu, warga kota juga lebih rentan mengalami kesepian, isolasi sosial, dan stres kronis, akibat tekanan dan rangsangan yang berlebihan dari lingkungan perkotaan.

Baca juga: Awalnya Diremehkan, Koperasi Merah Putih yang Dijalankan Anak Muda Kini Penggerak Ekonomi Desa

Tiga Faktor Utama Pemicu Masalah Mental di Kota

Ilustrasi sawah. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, semakin banyak orang yang memilih meninggalkan hiruk-pikuk kota besar untuk hidup lebih tenang di pedesaan.Unsplash/Hoach le Dinh Ilustrasi sawah. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, semakin banyak orang yang memilih meninggalkan hiruk-pikuk kota besar untuk hidup lebih tenang di pedesaan.
Urban Design and Mental Health mencatat setidaknya tiga kelompok faktor utama yang menyebabkan meningkatnya masalah kesehatan mental di kota.

1. Faktor Risiko Pribadi

Banyak orang pindah ke kota dengan harapan mendapatkan peluang ekonomi dan sosial yang lebih baik, termasuk akses ke layanan publik.

Namun, sebagian di antara mereka justru membawa faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi mental, seperti kemiskinan, pengangguran, trauma masa lalu, krisis keluarga, kecanduan, dan tunawisma.

Fenomena ini menciptakan apa yang disebut sebagai “social drift”, yaitu perpindahan kelompok rentan ke lingkungan yang justru meningkatkan risiko gangguan mental.

Baca juga: Erupsi Dahsyat Gunung Lewotobi, Sejumlah Desa di Sikka dan Flores Timur Dilanda Hujan Abu

2. Faktor Sosial

Kesenjangan sosial di perkotaan menjadi pemicu lain. Warga yang hidup dalam kemiskinan atau memiliki status minoritas sering kali menghadapi diskriminasi, segregasi lingkungan, serta keterbatasan akses terhadap fasilitas publik.

Halaman:


Terkini Lainnya
Menkeu Purbaya Ungkap Rencana Diskon Tarif Tol untuk Nataru 2025
Menkeu Purbaya Ungkap Rencana Diskon Tarif Tol untuk Nataru 2025
Jawa Timur
Tradisi dan Mitos Selasa Kliwon, Salah Satu Hari Sakral dalam Kalender Jawa
Tradisi dan Mitos Selasa Kliwon, Salah Satu Hari Sakral dalam Kalender Jawa
Jawa Tengah
Bagaimana Cara Mengetahui NIK KTP Bocor dan Dipakai untuk Pinjol atau Judol?
Bagaimana Cara Mengetahui NIK KTP Bocor dan Dipakai untuk Pinjol atau Judol?
Sulawesi Selatan
Masalah Pribadi Disebut Jadi Pemicu Onad Terjerat Kasus Narkoba
Masalah Pribadi Disebut Jadi Pemicu Onad Terjerat Kasus Narkoba
Jawa Tengah
Apa Alasan Prabowo Tambah Armada Pesawat Airbus A400M untuk TNI AU?
Apa Alasan Prabowo Tambah Armada Pesawat Airbus A400M untuk TNI AU?
Sulawesi Selatan
AHY Temui Prabowo di Istana, Bahas Solusi Utang Kereta Cepat Whoosh
AHY Temui Prabowo di Istana, Bahas Solusi Utang Kereta Cepat Whoosh
Jawa Barat
 Mata Murid SD di Palembang Lebam, Orangtua Curiga Dipukul Guru Pakai Cincin
Mata Murid SD di Palembang Lebam, Orangtua Curiga Dipukul Guru Pakai Cincin
Sumatera Selatan
10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Ini Daftar Lengkapnya
10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Ini Daftar Lengkapnya
Jawa Barat
Menkeu Purbaya Sebut Pinjaman Pemerintah Pusat untuk Daerah Diberikan dengan Bunga 0,5 Persen
Menkeu Purbaya Sebut Pinjaman Pemerintah Pusat untuk Daerah Diberikan dengan Bunga 0,5 Persen
Sulawesi Selatan
Pemakaman Pakubuwono XIII Tidak Dilakukan pada Selasa Kliwon, Pegiat Budaya Ungkap Alasannya
Pemakaman Pakubuwono XIII Tidak Dilakukan pada Selasa Kliwon, Pegiat Budaya Ungkap Alasannya
Jawa Tengah
Apakah NIK KTP Anda Dipakai untuk Pinjol Ilegal? Begini Cara Mengeceknya!
Apakah NIK KTP Anda Dipakai untuk Pinjol Ilegal? Begini Cara Mengeceknya!
Jawa Timur
ASN Bolos Kerja Bisa Dipecat, Hak Tunjangan dan Pensiun Dicabut
ASN Bolos Kerja Bisa Dipecat, Hak Tunjangan dan Pensiun Dicabut
Lampung
AHY Menunggu Arahan Presiden untuk Penyelesaian Utang Kereta Cepat Whoosh
AHY Menunggu Arahan Presiden untuk Penyelesaian Utang Kereta Cepat Whoosh
Jawa Timur
Pemutihan Iuran BPJS Kesehatan 2025: Syarat Peserta dan Cara Cek Tunggakan
Pemutihan Iuran BPJS Kesehatan 2025: Syarat Peserta dan Cara Cek Tunggakan
Kalimantan Barat
Bukan Sekadar Indah, Ini Fakta Unik Pantai Kelingking Nusa Penida yang Mirip T-Rex
Bukan Sekadar Indah, Ini Fakta Unik Pantai Kelingking Nusa Penida yang Mirip T-Rex
Jawa Timur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau