Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Lari Marathon Memengaruhi Kesehatan Otak?

Kompas.com - 17/09/2025, 11:34 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber Earth.com

KOMPAS.com - Marathon sering dikaitkan dengan risiko bagi tubuh, termasuk otak. Namun, penelitian terbaru memberikan gambaran yang lebih menenangkan: lari 42 km justru menunjukkan kemampuan otak beradaptasi dengan luar biasa.

Selama dua dekade terakhir, berbagai studi menunjukkan bahwa olahraga teratur membantu meningkatkan perhatian, daya ingat, dan kemampuan belajar. Penelitian baru yang diterbitkan di Nature Metabolism ini menambah bukti dengan melihat bagaimana lari marathon memengaruhi otak secara langsung.

Baca juga: Jangan Ikut Marathon jika Anda Punya Penyakit-penyakit Ini

Myelin, Otak, dan Lari Marathon

Penelitian ini dipimpin oleh Profesor Carlos Matute dari University of the Basque Country (EUH). Timnya memindai otak 10 pelari berusia 45–73 tahun menggunakan MRI canggih 24–48 jam sebelum dan sesudah marathon, lalu kembali memindai sebagian peserta setelah dua minggu dan dua bulan.

Fokus penelitian adalah myelin water fraction (MWF) – sinyal MRI yang mengukur jumlah air di dalam lapisan myelin, yaitu selubung lemak yang melindungi serabut saraf. MWF dianggap sebagai penanda sensitif yang mampu mendeteksi perubahan halus yang sering tidak terlihat pada pemindaian otak standar.

Hasilnya cukup menarik:

  • MWF menurun signifikan pada 12 area materi putih otak yang mengirim sinyal gerakan dan sensorik.
  • Penurunan terbesar mencapai 28% pada pontine crossing tracts dan 26% pada corticospinal tracts.
  • Namun, tidak ditemukan perubahan pada volume otak atau pola hidrasi, sehingga ini bukan akibat dehidrasi.

Baca juga: Marathon Bisa Picu Kerusakan Ginjal, Bagaimana Cara Menghindarinya?

Mengapa Myelin Menurun?

Profesor Matute menyebut fenomena ini sebagai “metabolic myelin plasticity.”

“Kami berpendapat otak menggunakan lipid dari myelin sebagai sumber energi ketika kadar glukosa menurun selama lomba panjang,” tulisnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian pada hewan yang menunjukkan bahwa sel oligodendrosit bisa memobilisasi asam lemak untuk mendukung neuron saat menghadapi stres metabolik. Karena myelin terdiri dari 70–80% lemak, logis jika tubuh memanfaatkannya sebagai cadangan energi.

Baca juga: Otak Mulai “Memakan Diri Sendiri” Saat Maraton, Studi Menemukan

Apakah Berkurangnya Myelin Membuat Kita Lebih Lupa?

Penelitian ini tidak mengukur fungsi kognitif seperti memori atau fokus. Artinya, penurunan myelin yang terlihat hanyalah respon fisiologis sementara, bukan kerusakan.

Sebagian besar penelitian sebelumnya justru menunjukkan aktivitas fisik rutin meningkatkan kecepatan berpikir dan daya ingat seiring bertambahnya usia. Maka, hasil ini lebih tepat dipandang sebagai adaptasi alami otak untuk memenuhi kebutuhan energi selama marathon.

Baca juga: Mengapa Pelari Tua Justru Berjaya di Lomba Maraton?

Waktu Pemulihan Otak Setelah Marathon

Berita baiknya: otak pulih dengan cepat.

  • Dua minggu setelah lomba, MWF mulai naik meski belum sepenuhnya normal.
  • Dalam dua bulan, MWF kembali ke tingkat awal, menunjukkan myelin telah diperbaiki.

Ini menggambarkan kemampuan luar biasa otak untuk memulihkan lapisan pelindung saraf setelah “ditekan” oleh tantangan metabolik marathon.

Baca juga: Ini yang Terjadi pada Tubuh Saat Berlari Maraton

Keterbatasan Penelitian

Sampel penelitian relatif kecil (10 pelari) dan didominasi usia lanjut, serta mencampur pelari kota dan pegunungan. Ini berarti hasilnya belum tentu sama pada pelari muda atau ultra-marathon.

Selain itu, MWF hanya memberikan data semi-kuantitatif dan bisa dipengaruhi faktor teknis. Penelitian lebih besar dengan tes kognitif akan membantu memahami perbedaan individu, termasuk riwayat latihan, pola pemulihan, dan status kesehatan.

Marathon Aman untuk Otak

Studi ini tidak menemukan bukti bahwa marathon merusak otak.

“Lari marathon tidak berbahaya bagi otak. Sebaliknya, penggunaan dan penggantian myelin sebagai cadangan energi bermanfaat karena melatih mesin metabolik otak,” kata Matute.

Temuan ini memberi wawasan penting tentang fleksibilitas metabolik otak dan dapat membantu penelitian penyakit demielinasi seperti multiple sclerosis.

Bagi pelari, pesan utamanya jelas: tidak ada alasan menghindari marathon demi kesehatan otak. Otak kita ternyata mampu beradaptasi, meminjam energi dari myelin ketika dibutuhkan, lalu membangunnya kembali setelah kita beristirahat.

Baca juga: Kenapa Jarak Lari Maraton 42 Km?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau