KOMPAS.com - Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh Wali Songo yang terkenal dengan metode dakwahnya melalui kesenian.
Metode dakwah yang sangat toleran terhadap budaya lokal dengan melalui kesenian seperti wayang, nyanyian, dan gamelan, tidak lepas dari pengaruh guru Sunan Kalijaga, yakni Sunan Bonang.
Selama menjalankan dakwah Islam, karya kesenian yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga antara lain Serat Dewo Ruci, Suluk Ling-Lung, Kidung Rumekso Ing Wengi, serta beberapa tembang.
Berikut ini sejarah Sunan Kalijaga dari lahir hingga wafat.
Baca juga: Metode Dakwah Sunan Kalijaga
Kisah-kisah Sunan Kalijaga semasa hidupnya terkadang terdapat beberapa versi, karena sumber sejarah yang orisinal memang tidak ada.
Umumnya, para penyusun biografi Sunan Kalijaga berpatokan pada Babad Tanah Jawi dan kisah-kisah mengenai sang sunan di masyarakat yang mungkin telah terdistorsi.
Para ahli berpendapat bahwa Sunan Kalijaga dilahirkan di Tuban, Jawa Timur, pada tahun 1450.
Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia merupakan putra dari Adipati Tuban, Tumenggung Wilatikta, dan Dewi Nawangrum.
Dalam Babad Tuban, disebutkan bahwa Tumenggung Wilatikta adalah anak dari Arya Teja, yang nama aslinya Abdurrahman, seorang ulama keturunan Arab yang mengislamkan Bupati Tuban, Arya Dikara.
Abdurrahman bahkan menjadi menantu Arya Dikara dan menggatikan mertuanya menjadi Bupati Tuban. Sejak itu, ia dikenal sebagai Arya Teja, yang menamai putranya Arya Wilatikta.
Dari pernikahan sebelumnya, Arya Teja memiliki putri bernama Nyai Ageng Manila, yang kemudian dipersunting oleh Sunan Ampel, yang menetap di Surabaya.
Baca juga: Wali Songo dan Nama Aslinya
Menurut sejarah, Sunan Kalijaga memiliki tiga istri, yaitu Siti Zaenab, Dewi Sarah, dan Siti Hafsah.
Dari Siti Zaenab, Sunan Kalijaga memiliki keturunan yang dinamai Watiswara (Sunan Panggung), Watiswari, dan Ratu Champaka.
Dari pernikahannya dengan Dewi Sarah, keturunan Sunan Kalijaga adalah Raden Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rukayah, dan Dewi Sofiah.
Selain Raden Said, Sunan Kalijaga dikenal dengan beberapa nama lain, seperti Syaikh Malaya, Pangeran Tuban, Ki Dalang Sida Brangti, Berandal Lokajaya, dan Raden Abdurrahman.