KOMPAS.com - Sebuah bukit di Sudan, Afrika Timur Laut, kembali menarik perhatian publik.
Hal ini lantaran gambar formasi bukit yang sangat mirip dengan bibir manusia yang tertangkap satelit Google Earth pada tahun 2012, kembali beredar di media sosial.
Dilansir dari Times of India, Sabtu (7/6/2025), gambar tersebut tampak seperti sepasang bibir manusia, yang memberikan kesan Bumi tengah memberikan kecupan ke ke angkasa.
Para peneliti tengah berspekulasi tentang bagaimana kontur yang tak biasa itu terbentuk, tetapi belum menemukan jawaban pasti.
Baca juga: 5 Penjarahan Bajak Laut Terbesar dalam Sejarah, Harta Rampasan Jadi Misteri hingga Kini
Dicukil dari Live Science, Selasa (3/6/2025), bukit itu memiliki panjang sekitar 3.000 kaki (900 meter) dan lebar 1.200 kaki (350 m) pada titik terlebar.
Bukit tersebut terletak di negara bagian Darfur Barat, Sudan, sekitar 60 mil (95 km) di sebelah timur perbatasan negara itu dengan Chad.
Foto bukit yang diambil dari satelit tampak dikelilingi oleh ladang pertanian dan titik-titik hitam kecil yang kemungkinan adalah pepohonan.
Pada foto tahun 2012, tanah di sekitarnya telah mengering akibat kekeringan, dan lereng bukit memiliki warna merah muda, yang menonjolkan tampilannya yang semakin mirip dengan bentuk bibir manusia.
Namun, pada foto yang lebih baru, bukit dan sekelilingnya terlihat hijau dan ditutupi oleh vegetasi yang jauh lebih banyak.
Hingga kini, peneliti belum mengetahui pasti soal ketinggian dan usia bukit.
Bahkan, kontur tanah yang tidak mirip bukit pada umumnya ini juga tidak memiliki nama resmi.
Namun di Google Earth, bukit itu diberi label atau nama Perkemahan Landlocked lips. Meski tidak jelas juga apakah di sana ada perkemahan ataukah tidak.
Baca juga: Misteri Hilangnya Boeing 727-200, Dilarikan Menuju Samudra Atlantik dan Tak Terlacak hingga Kini
Hingga kini, peneliti masih terus berspekulasi mengapa bukit itu bisa menyerupai bibir manusia jika difoto dari luar angkasa atau satelit.
“Saya melihat sebuah unit sempit dari batuan yang terpapar di tengah-tengah fitur ini,” kata Josh Roering, seorang ahli geomorfologi di University of Oregon yang berspesialisasi dalam dinamika bentang alam kepada Live Science.
“Sepertinya ada dike atau unit sempit batuan resisten yang membentang di tengah-tengah punggungan yang terkikis lebih lambat daripada batuan di sekitarnya, yang lalu menonjol keluar,” sambungnya.