Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kulminasi Matahari 7 September Picu Peningkatan Suhu, Perlukah Waspadai Gelombang Panas?

Kompas.com - 06/09/2025, 08:30 WIB
Muhammad Iqbal Amar,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat bahwa Indonesia akan memasuki periode kulminasi matahari atau hari tanpa bayangan mulai 7 September 2025 di Sabang, Aceh, hingga 21 Oktober 2025 di Baa, Nusa Tenggara Timur.

Fenomena ini terjadi ketika posisi matahari berada tepat di titik tertinggi langit atau zenith, membuat bayangan benda tegak seolah-olah lenyap karena bertumpuk dengan bendanya sendiri.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan, kulminasi sering dikaitkan dengan peningkatan suhu udara karena radiasi matahari jatuh langsung ke permukaan bumi tanpa sudut miring yang menyebarkannya.

Baca juga: Fenomena Kulminasi Matahari Mulai 7 September, Apa Itu?

“Fenomena ini kerap disebut hari tanpa bayangan karena sinar matahari jatuh tegak lurus, sehingga intensitas panas yang diterima lebih maksimal,” ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (5/9/2025).

Fenomena ini membawa beberapa dampak yang terasa di kehidupan sehari-hari. Pertama, intensitas radiasi matahari mencapai titik maksimal karena energi jatuh tegak lurus di area yang lebih sempit.

Kedua, suhu permukaan meningkat, sebab tanah dan perairan yang menerima radiasi akan memantulkan serta melepaskan panas ke atmosfer.

"Ketiga, kelembapan udara menurun, yang membuat cuaca terasa lebih kering dan panas dari biasanya," tuturnya.

Baca juga: Fenomena Kulminasi Matahari Terjadi mulai 7 September 2025, Akankah Suhu Indonesia Memanas? Ini Kata BMKG

Perlukah waspadai gelombang panas saat kulminasi Matahari?

Deputi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir akan terjadinya heatwave atau gelombang panas dalam arti meteorologis selama periode kulminasi matahari.

Menurutnya, secara karakteristik dan dinamika atmosfer, wilayah Indonesia tidak memiliki kondisi yang memungkinkan terbentuknya fenomena tersebut.

"Berdasarkan ketentuan World Meteorological Organization (WMO), gelombang panas didefinisikan sebagai periode udara panas berkepanjangan selama lima hari atau lebih, dengan suhu maksimum harian melebihi rata-rata hingga 5 derajat Celsius atau lebih," terang Ardhasena.

Fenomena itu biasanya terjadi karena udara panas terperangkap dalam suatu wilayah akibat anomali atmosfer, misalnya adanya sistem tekanan tinggi skala luas yang berlangsung cukup lama.

“Indonesia tidak memiliki dinamika atmosfer seperti itu, sehingga fenomena heatwave sebagaimana dimaksud WMO tidak terjadi di sini,” ujar Ardhasena.

Baca juga: Citra Satelit BMKG Tangkap Wilayah Jateng dan Jatim Berwarna Putih Saat Cuaca Panas, Apa Artinya?

Kulminasi Matahari bukan satu-satunya faktor peningkatan suhu

ilustrasi suhu panas di siang hari sepanjang Mei 2025.canva.com ilustrasi suhu panas di siang hari sepanjang Mei 2025.

Meski memicu peningkatan suhu, Ardhasena menegaskan bahwa kulminasi bukan satu-satunya faktor.

Faktor lain peningkatan suhu seperti tutupan awan, arah angin, hingga kondisi atmosfer secara keseluruhan juga berpengaruh.

Halaman:


Terkini Lainnya
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Tren
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Tren
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Tren
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa 'Orang Seram'
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa "Orang Seram"
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau