KOMPAS.com - Fenomena hari tanpa bayangan atau kulminasi Matahari kembali akan terjadi di Indonesia pada September hingga Oktober 2025.
Fenomena ini membuat benda yang berdiri tegak, hampir tidak memiliki bayangan sama sekali karena posisi Matahari tepat berada di atas kepala atau titik zenit.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan, fenomena ini terjadi secara rutin dua kali dalam setahun di wilayah tropis.
“Kulminasi Matahari adalah istilah ilmiahnya, sedangkan hari tanpa bayangan hanya penyebutan populer untuk mempermudah pemahaman masyarakat. Keduanya merujuk pada peristiwa yang sama,” ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (4/9/2025).
Lantas, kapan hari tanpa bayangan atau kulminasi Matahari terjadi?
Menurut Ardhasena, periode kedua hari tanpa bayangan pada 2025 akan berlangsung mulai 7 September di Sabang, Aceh, hingga 21 Oktober di Baa, Nusa Tenggara Timur.
Sebelumnya, periode pertama telah terjadi pada 20 Februari di Baa dan berakhir pada 4 April di Sabang.
Dengan begitu, masyarakat Indonesia memiliki dua kesempatan setiap tahunnya untuk menyaksikan fenomena ini.
“Fenomena ini hanya bisa dijumpai di wilayah tropis antara Bagian Bumi Utara (BBU) dan Bagian Bumi Selatan (BBS) yang meliputi sebagian besar Indonesia. Setiap tahun, kulminasi Matahari terjadi dua kali, biasanya sekitar Maret–April dan September–Oktober," jelas dia.
Baca juga: Benarkah Ada Gerhana Matahari Total 2 Agustus?
Indonesia, kata dia, termasuk beruntung karena hampir seluruh wilayahnya masuk dalam jalur kulminasi Matahari.
Kulminasi Matahari biasanya jatuh sekitar bulan Maret–April untuk periode pertama, lalu kembali pada September–Oktober untuk periode kedua.
Pada momen ini, posisi Matahari bergerak melintasi garis khatulistiwa dan bayangan benda tegak akan menghilang seolah-olah lenyap.
“Kalau diistilahkan sederhana, hari tanpa bayangan adalah nama kerennya, sedangkan kulminasi Matahari adalah istilah akademisnya. Jadi sebenarnya tidak ada perbedaan makna, hanya berbeda cara penyampaian,” kata Ardhasena.
Baca juga: Bukan Gerhana Matahari Total, Ini 5 Fenomena Langit pada Agustus 2025
Dia menuturkan, kulminasi adalah momen ketika posisi Matahari berada paling tinggi di langit. Pada saat itu, Matahari tepat di titik zenith atau tepat di atas kepala.
“Ketika kulminasi terjadi, bayangan benda tegak seolah menghilang karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Inilah yang sering disebut sebagai hari tanpa bayangan,” ujarnya.
Fenomena ini berulang setiap tahun karena dipengaruhi dua faktor utama dalam pergerakan Bumi.
Pertama, revolusi Bumi, yakni pergerakan Bumi mengelilingi Matahari dalam lintasan orbit yang berlangsung selama setahun. Kedua, kemiringan sumbu rotasi Bumi sekitar 23,5 derajat terhadap bidang orbitnya.
“Kemiringan sumbu ini tidak hanya menyebabkan pergantian musim, tetapi juga membuat posisi Matahari seakan bergeser sehingga kulminasi dapat terjadi dua kali dalam setahun di wilayah tropis,” tambah Ardhasena.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini