Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Minum Susu Kunci Anak untuk Tumbuh Tinggi? Ini Kata Dokter…

Kompas.com - 29/05/2025, 22:02 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Anak tumbuh tinggi setelah minum susu setiap hari banyak berseliweran sebagai potongan adegan iklan di televisi maupun media sosial sejak dulu hingga kini.

Gambaran itu muncul untuk meyakinkan dan mengarahkan penonton membeli produk susu tersebut.

Seolah menggambarkan, jika seorang anak ingin tumbuh tinggi, caranya adalah dengan minum susu itu setiap hari.

Belum lama ini, pernyataan dari Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana menyiratkan gambaran serupa dengan iklan-iklan susu yang sering muncul di media mainstream.

Dihadapan para santri di Pondok Pesantren Syaichona Muhammad Cholil, Bangkalan untuk meluncurkan pembangunan 1.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), Dadan bercerita anaknya memiliki tubuh tinggi lebih dari 180 sentimeter (cm).

Ia menyebut kedua putranya memiliki tinggi badan masing-masing 181 cm dan 185 cm berkat minum susu 2 liter setiap hari.

“Kenapa? Karena diwajibkan sama ibunya minum susu dari kecil sampai SMA kelas 2, wajib. Bahkan, pada saat pertumbuhan anak saya yang kecil itu minum susu 2 liter sehari,” demikian sepenggal cerita Dadan pada Senin (26/5/2025).

Lantas, apakah susu setiap hari kunci untuk tubuh anak tumbuh tinggi?

Berikut kepada Kompas.com beberapa dokter memberikan penjelasannya.

Baca juga: Tanggapan Klaim Kepala BGN: Apakah Minum Susu 2 Liter Sehari Baik Menurut Dokter?

Minum susu setiap hari bukan kunci anak tumbuh tinggi

Dokter Spesialis Gizi Klinis dr. Nurul Ratna Mutu Manikam M.Gizi, Sp.GK mengatakan bahwa minum susu bukan lagi prioritas untuk anak setelah lewat usia 1 tahun.

“Pada dasarnya, secara normal pada anak lebih dari usia 1 tahun pemenuhan nutrisi diutamakan dari makanan padat,” kata Nurul pada Rabu (28/5/2025).

Makanan padat yang dapat mendukung anak tumbuh tinggi, kata Nurul, adalah yang mengandung cukup energi, karbohidrat, protein, dan lemak.

Itu semua adalah nutrisi golongan makro (makronutrient).

“Jika ada komponen yang kurang tentu pertumbuhannya terganggu,” ujar Nurul melanjutkan.

Setelah asupan makronutrien tercapai, Nurul mengingatkan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral anak sebagai pendukung agar anak bisa tumbuh tinggi secara optimal.

Ia menyebutkan, vitamin dan mineral yang dibutuhkan meliputi vitamin D, kalsium, fosfor, magnesium, seng, dan yodium.

Baca juga: Dari Klaim Kepala BGN, Ini Kata Para Dokter Soal Minum Susu 2 Liter Sehari

Tidak lagi 4 sehat 5 sempurna

Dahulu, Indonesia memiliki konsep makan “4 Sehat 5 Sempurna” dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep itu dipopulerkan oleh Bapak Gizi Indonesia, Prof. Poerwo Soedarmo sekitar 1952.

Di dalam konsep lama itu, susu dikelompokkan sendiri dan dianggap sebagai penyempurna setelah nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah.

Pada 2014, prinsip makan 4 sehat 5 sempurna sudah tidak berlaku setelah disahkan konsep gizi seimbang melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018).

Sebagai gantinya, digaungkan konsep “Isi Piringku”. Konsep ini ramai disosialisasikan pada tahun 2020-an.

Dalam konsep ini, setiap kali makan, masyarakat Indonesia diarahkan mengisi piring makan 50 persen dengan sayur dan buah, dan 50 persen lagi dengan makanan pokok dan lauk-pauk.

Baca juga: Kepala BGN Sebut Minum Susu 2 Liter Setiap Hari Buat Tubuh Tinggi, Ini Kata Dokter…

Oleh karena itu, Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia Dr. Santi mengatakan minum susu setiap hari sudah tidak relevan dengan prinsip gizi seimbang.

“Pada dasarnya, susu sudah bukan lagi minuman wajib,” ujar Santi pada Rabu (28/5/2025).

“Jadi, sepanjang kita dapat memenuhi kebutuhan harian untuk protein, kalsium, vitamin D, dan berbagai nutrisi lainnya dari selain susu, kita sudah selangkah lebih dekat dengan hidup sehat,” lanjutnya.

Selain itu, Santi menerangkan bahwa asupan makanan bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi seorang anak bisa tumbuh tinggi.

Ia menyebutkan stimulasi tubuh yang didapat, keadaan lingkungan, serta kondisi ekonomi keluarga juga memengaruhi sebagai faktor eksternal.

Ada juga faktor internal yang turut memengaruhi, yaitu jenis kelamin, ras, usia, dan genetika.

“Tinggi anak 60-80 persen ditentukan oleh genetik, sisanya ditentukan oleh hal lain, seperti nutrisi, hormon, aktivitas fisik dan olahraga, cukup tidur dengan baik, kondisi kesehatan secara umum, serta tingkat stres,” paparnya.

Baca juga: Apa Manfaat Minum Susu? Ini Ulasannya...

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau