KOMPAS.com - Deloitte merilis survei tahunannya yang berfokus pada Generasi Z dan Millennial.
Survei tersebut menelusuri topik-topik yang mereka anggap penting di tempat kerja, seperti keberlanjutan.
Studi Deloitte 2024 memperkirakan bahwa Gen Z dan Millennial akan mendominasi angkatan kerja pada tahun 2030 (74 persen).
Untuk itu, Deloitte telah menyurvei lebih dari 23.000 orang dari kedua generasi ini di 44 negara untuk memahami apa yang penting bagi mereka di tempat kerja.
Laporan menunjukkan bahwa Gen Z dan Millennial memiliki keinginan dan kebutuhan yang tidak sama dengan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk selalu memahami perkembangan mereka.
Survei tahunan Deloitte, yang sudah berjalan 14 tahun hingga 2025, menganalisis prioritas, kekhawatiran, dan pandangan kerja Gen Z dan Millennial. Tujuannya adalah membantu perusahaan memahami dan menarik kedua generasi ini di lingkungan kerja.
Baca juga: Janji Besar, Komitmen Industri Mode pada Keberlanjutan Masih Kecil
Survei ini menunjukkan bahwa Generasi Z dan Millennial memprioritaskan pertumbuhan diri, dan yang paling mereka cari adalah uang, tujuan hidup yang bermakna, serta kesejahteraan.
Namun selain itu, Deloitte melalui surveinya ingin tahu seberapa besar Gen Z dan Millennial memandang pentingnya isu keberlanjutan di lingkungan kerja.
Melansir Sustainability Magazine, Kamis (17/7/2025), mayoritas (70 persen) responden menganggap penting untuk mempertimbangkan seberapa baik sebuah perusahaan dalam hal perlindungan lingkungan saat mereka mencari pekerjaan.
Gen Z dan Millennial sangat peduli lingkungan. Hampir 25 persen dari mereka akan memeriksa kebijakan lingkungan perusahaan sebelum bekerja di sana, bahkan 15 persen dari mereka rela pindah kerja jika tidak sesuai dengan prinsip keberlanjutan mereka.
Lalu, sekitar 40 persen responden dalam laporan itu memilih berhenti dari pekerjaan atau menolak tawaran kerja karena nilai etika pribadi atau nilai lingkungan mereka tidak selaras dengan perusahaan.
Sementara sekitar 50 persen responden dalam survei ini mengaku sudah mendesak perusahaan mereka agar lebih aktif mengatasi masalah lingkungan.
"Dunia kita berada di titik balik yang kritis. Risiko dari krisis lingkungan, ekonomi, dan sosial terus meningkat dan kita kehabisan waktu untuk bertindak." ungkap Mattias Medert, Kepala Global Keberlanjutan di SAP.
“Itulah mengapa Survei Gen Z dan Millennial Deloitte terbaru memberi saya harapan nyata,” katanya.
Baca juga: Jaga Bumi lewat Inovasi Cetak, Ini Kisah Praktik Keberlanjutan Pandawa 24 Jam
Lebih lanjut Gen Z dan Millennial melaporkan bahwa mereka tidak hanya berfokus pada keberlanjutan di tempat kerja, tetapi juga dalam kehidupan pribadi mereka.
Responden mengatakan kepada Deloitte bahwa mereka melakukan tindakan terkait keberlanjutan di rumah, termasuk mengganti peralatan dengan alternatif yang hemat energi dan berencana membeli mobil listrik atau hibrida.
Lebih dari 50 persen responden bersedia membayar lebih untuk produk atau layanan berkelanjutan. Sekitar 25 persen dari mereka juga akan meneliti dampak lingkungan perusahaan sebelum membeli produk.
Laporan menunjukkan pula bahwa sekitar 65 persen responden merasa cemas dengan kondisi lingkungan saat ini, dan lebih dari 70 persen mengaku pernah mengalami kejadian cuaca ekstrem dalam setahun terakhir.
"Survei ini memberi energi. Ini memperkuat keyakinan saya bahwa tujuan yang berani dan tindakan nyata dalam hal iklim, inklusi, hak asasi manusia, dan bisnis berkelanjutan bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan, tetapi juga yang kita butuhkan untuk memenangkan kepercayaan dan kreativitas generasi berikutnya, terutama untuk bidang seperti AI dan inovasi digital," tambah Mattias.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya