Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei di 44 Negara: Milenial dan Gen Z Tak Cuma Peduli Gaji, tetapi Juga Sustainability

Kompas.com - 21/07/2025, 17:32 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Deloitte merilis survei tahunannya yang berfokus pada Generasi Z dan Millennial.

Survei tersebut menelusuri topik-topik yang mereka anggap penting di tempat kerja, seperti keberlanjutan.

Studi Deloitte 2024 memperkirakan bahwa Gen Z dan Millennial akan mendominasi angkatan kerja pada tahun 2030 (74 persen).

Untuk itu, Deloitte telah menyurvei lebih dari 23.000 orang dari kedua generasi ini di 44 negara untuk memahami apa yang penting bagi mereka di tempat kerja.

Laporan menunjukkan bahwa Gen Z dan Millennial memiliki keinginan dan kebutuhan yang tidak sama dengan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk selalu memahami perkembangan mereka.

Survei tahunan Deloitte, yang sudah berjalan 14 tahun hingga 2025, menganalisis prioritas, kekhawatiran, dan pandangan kerja Gen Z dan Millennial. Tujuannya adalah membantu perusahaan memahami dan menarik kedua generasi ini di lingkungan kerja.

Baca juga: Janji Besar, Komitmen Industri Mode pada Keberlanjutan Masih Kecil

Survei ini menunjukkan bahwa Generasi Z dan Millennial memprioritaskan pertumbuhan diri, dan yang paling mereka cari adalah uang, tujuan hidup yang bermakna, serta kesejahteraan.

Namun selain itu, Deloitte melalui surveinya ingin tahu seberapa besar Gen Z dan Millennial memandang pentingnya isu keberlanjutan di lingkungan kerja.

Melansir Sustainability Magazine, Kamis (17/7/2025), mayoritas (70 persen) responden menganggap penting untuk mempertimbangkan seberapa baik sebuah perusahaan dalam hal perlindungan lingkungan saat mereka mencari pekerjaan.

Gen Z dan Millennial sangat peduli lingkungan. Hampir 25 persen dari mereka akan memeriksa kebijakan lingkungan perusahaan sebelum bekerja di sana, bahkan 15 persen dari mereka rela pindah kerja jika tidak sesuai dengan prinsip keberlanjutan mereka.

Lalu, sekitar 40 persen responden dalam laporan itu memilih berhenti dari pekerjaan atau menolak tawaran kerja karena nilai etika pribadi atau nilai lingkungan mereka tidak selaras dengan perusahaan.

Sementara sekitar 50 persen responden dalam survei ini mengaku sudah mendesak perusahaan mereka agar lebih aktif mengatasi masalah lingkungan.

"Dunia kita berada di titik balik yang kritis. Risiko dari krisis lingkungan, ekonomi, dan sosial terus meningkat dan kita kehabisan waktu untuk bertindak." ungkap Mattias Medert, Kepala Global Keberlanjutan di SAP.

“Itulah mengapa Survei Gen Z dan Millennial Deloitte terbaru memberi saya harapan nyata,” katanya.

Baca juga: Jaga Bumi lewat Inovasi Cetak, Ini Kisah Praktik Keberlanjutan Pandawa 24 Jam

Lebih lanjut Gen Z dan Millennial melaporkan bahwa mereka tidak hanya berfokus pada keberlanjutan di tempat kerja, tetapi juga dalam kehidupan pribadi mereka.

Responden mengatakan kepada Deloitte bahwa mereka melakukan tindakan terkait keberlanjutan di rumah, termasuk mengganti peralatan dengan alternatif yang hemat energi dan berencana membeli mobil listrik atau hibrida.

Lebih dari 50 persen responden bersedia membayar lebih untuk produk atau layanan berkelanjutan. Sekitar 25 persen dari mereka juga akan meneliti dampak lingkungan perusahaan sebelum membeli produk.

Laporan menunjukkan pula bahwa sekitar 65 persen responden merasa cemas dengan kondisi lingkungan saat ini, dan lebih dari 70 persen mengaku pernah mengalami kejadian cuaca ekstrem dalam setahun terakhir.

"Survei ini memberi energi. Ini memperkuat keyakinan saya bahwa tujuan yang berani dan tindakan nyata dalam hal iklim, inklusi, hak asasi manusia, dan bisnis berkelanjutan bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan, tetapi juga yang kita butuhkan untuk memenangkan kepercayaan dan kreativitas generasi berikutnya, terutama untuk bidang seperti AI dan inovasi digital," tambah Mattias.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau